Pengembangan Infrastruktur
Mengapa infrastruktur? Sebab, bagi investor, infrastruktur adalah urat nadi suksesnya manajamen saluran distribusi barang dan jasa. Ada tiga sektor utama yang menjadi skala prioritas pemerintah daerah di Pulau Nias dalam mengembangkan infrastrukturnya, yaitu:
Pertama, Pelabuhan Angin Gunungsitoli diekspansi. Hal ini bukan sekadar memperluas dermaga, melainkan harus didukung dengan platform dermaga yang teratur. Maksudnya, penataan pelabuhan untuk terminal penumpang harus dibedakan dengan terminal kargo, ataupun convensional container. Kemudiaan harus tersedia giant crane untuk mendukung kegiatan pemuatan peti kemas (loading container) maupun pembongkaran barang (berthing) yang mempercepat waktu bongkar muat (dwelling time) di pelabuhan.
Hal ini dapat dilakukan pemda lewat kerja sama antara PT Pelindo I (Persero) Cabang Gunungsitoli, Organisasi PBM (Perusahaan Bongkar Muat), dan syahbandar dengan membentuk satuan kerja (satker). Satker ini meliputi Dinas Perindustrian dan Perdagangan mewakili pemda, Dinas Perhubungan, Pelindo I, dan syahbandar untuk pengawasan.
Pemerintah daerah tidak perlu ragu untuk menjalin kerja sama dengan pihak pelabuhan dalam hal ini Pelindo I. Karena fungsinya sekarang telah diubah sejak ditetapkannya bahwa Pelindo bukan lagi sebagai regulator dari pelabuhan, melainkan sebagai operator pelabuhan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008.
Kemudian dalam Pasal 28 UU No 17/2008 tersebut tercantum adanya kewenangan bupati/wali kota tentang perizinan angkutan laut diberikan oleh bupati/wali kota yang berdomisili di wilayah kabupaten/kota. Dengan upaya ini kegiatan distribusi perdagangan dari Pulau Nias dapat terdistribusi dengan cepat sehingga mereduksi biaya dan bisa dipertimbangkan oleh investor untuk menambah nilai ekonomis investasi.
Kedua, mempercepat realisasi ekspansi Bandara Binaka atas kerja sama Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Kabupaten Nias dengan nota kesepahaman perpanjangan landasan pacu dari 1.800 meter x 30 meter menjadi 2.600 meter x 60 meter yang dibiayai APBN sebesar Rp 3,8 miliar sehingga pesawat jenis Air Bus/Boeing bisa segera mendarat di Pulau Nias.
Ketiga, pengembangan prasarana jalan, jembatan, dan kelistrikan. Ekspansi yang diharapkan di sini adalah perluasan jalan dan jembatan di pedalaman lokasi-lokasi strategis potensi lintas kabupaten/kecamatan.
Illustrasi pembangunan infrastructur – Photo oleh: Corbis
Pembangunan ini memang membutuhkan anggaran yang besar kalau dibebani dari APBD. Namun, pemda masih punya strategi mengatasi hal ini, yaitu dengan bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pembangunan jalan raya, dengan menawarkan proposal kerja sama sistem BOT (build, operate, and transfer), artinya kerja sama ini dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan infrastruktur dalam masa kontrak maksimal 5 tahun. Setelah itu, pemda berhak menguasainya dengan nilai investasi yang tidak terlalu besar.
Tenaga kelistrikan juga perlu dikembangkan mengingat daya energi listrik di Pulau Nias masih terbatas. Untuk itu diperlukan juga sumber energi alternatif yang berasal dari Nias. Caranya, pemerintah daerah bekerja sama dengan institusi atau lembaga yang ada penelitian dan pengembangan (litbang) perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Sebab, pihak litbang ini pada umumnya membutuhkan banyak kerja sama dengan pemda untuk mendapat izin melakukan riset percobaan energi terbarunya. Apalagi Nias punya kesempatan sebagai daerah terluar yang masih belum tersentuh dengan teknologi berbasis nuklir atau sel surya (solar cell), misalnya.
Dengan kerja sama ini, pemda tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan litbang akan potensi energi di daerahnya karena dapat mengetahui secara tidak langsung dari laporan riset pihak institusi yang sedang melakukan riset. Selanjutnya, pemerintah daerah akan menerima manfaat bisa membeli peralatan riset yang dipergunakan untuk energi surya, misalnya, dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan mengundang tenaga litbang dari perusahaan yang bergerak dalam bidang energy power plan.
Nice article.
Terimakasih juga buat pak Apolonius Lase..semoga makin sukses dalam karir…
artikel yang inspiratif untuk membantu pembuatan kebijakan daerah….semoga para kepala daerah membaca artikel ini….
Beberapa waktu lalu salah seorang teman mengajak relasinya di jawa membangun tower radio di salah satu kecamatan di kabupaten nias. Masyarakat sekitar mempersulit dan menghalanginya walaupun pada akhirnya setelah para tokoh masyarakat turun tangan menyelesaikannya. padahal setelah investari pembangunan radio di daerah tersebut akan dilanjutkan dengan pembangunan sekolah yang berbasis pengembangan pertanian. Akhirnya teman dan investor tadi membatalkan niat membangun sekolah di daerah tersebut. prihatin…. #Kurangnya kesadaran Masyarakat akan kenyamanan investor…
Setelah setahun lebih saya pulang kampung halaman di kepulauan nias ini, saya selalu mendengarkan keluhan orang2 non nias (pendatang) bagaimana susahnya menghadapi minimnya pengalaman dan wawasan SDM lokal yang susah menyesuaikan diri dengan kebutuhan perusahaan. Bagaimana mungkin investor tertarik investasi kalau susah mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan perusahaan.
Terimkasih atas responnya Pak Saro Zai yang telah membagikan pengalaman pribadi tentang fenomena social responsiveness masyarakat yang hubungannya dengan investasi di daerah. Itu memang betul pak, tanggapan masyarakat (social responsiveness) juga harus perlu jadi perhatian kita bersama sebagai masyarakat agar mau adaptasi keadaan sosial budaya,krn dengan kondisi sosial budaya yang kurang bersahabat tersebut akan sangat rentan dengan kurangnya minat investor.
Artikel yang sangat bagus dan memberikan wawasan tambahan.
Saya sbg anak nias sangat mendukung pembangunan di pulau nias.
Andai semua warga,pejabat dan seluruh unsur2 yang ada dipulau nias dapat bekerjasama,saling memahami satu sama lain demi kemajuan pulau nias tanpa mikirin ego dan uang.mungkin pulau nias kita akan cepat maju dari segi manapun..baik dari pembangunan infrastruktur dan lainnya bahkan nias bisa menjadi sebuah negara layaknya seperti negara2 kecil lainnya.
Maju Terus Pulau Niasku.
Bagus artikelnya pal zendrato, mudah-mudahan calon pemimpin Nias baca ini. Memasukkan dalam visi misinya dan diaplikasikan. Saya pernah bawa teman yang mencoba membantu kelistrikan di Nias dengan memfaatkan turbin angin , karena kita kaya akan angin laut. sebagai sumber listrik alternatif. PEMDA nya tidak menunjukkan respon positif. yah wess.
Itu dilemanya pemerintah daerah kita bro Harefa…
saya sangat setuju "pemerintah daerah harus menjadi penggerak kegiatan bisnis di daerahnya dengan mencari peluang bukan menanti peluang". Kondisi pariwisata kita menurut saya terasa MATI SURI… Promosi pariwisata yang dilakukan pemerintahan daerah masih sangat kurang. bahkan nama Nias tidak lagi begitu menggigit… tertutup dengan Raja Ampat, Komodo, Bunaken dan Mentawai yang sedang naik daun. Masyarakat kitapun harus berbenah diri, lebih ramah kepada wisatawan, senyum dan sapah harus lebih lagi… Nias pasti bisa!