Friday, March 29, 2024
BerandaSosokApa & SiapaErza L. Anansih Mendröfa Peroleh Beasiswa 1 Tahun di Iowa, AS

Erza L. Anansih Mendröfa Peroleh Beasiswa 1 Tahun di Iowa, AS

Gadis asal Nias kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 22 Januari 1998,  Erza Lasoturia Anansih Mendröfa, mendapatkan beasiswa penuh selama 1 tahun belajar di Clearlake High School, Negara Bagian Iowa, Amerika Serikat. Program beasiswa pertukaran pelajar itu merupakan kerja sama antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia.

Mantan anggota pasukan pengibar bendera pusaka 2014 ini mengaku sangat senang dan bersyukur bisa mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintah AS. ”Teman-teman saya ada yang harus membayar full untuk biaya hidup selama di Amerika. Jika diminta harus bayar penuh, pasti saya takkan bisa,” ujar anak yatim, yang kehilangan  ayahnya pada 2012 karena suatu penyakit itu.

”Puji Tuhan, Mami tidak dibebani membayar biaya apa pun. Hanya sekadar keperluan paling pribadi saja serta biaya untuk imunisasi. Semua sudah ditanggung oleh pihak Pemerintah Amerika Serikat,” ujar Ansih—demikian ia biasa dipanggil—yang sudah mendapatkan keluarga barunya di Iowa bernama Mr Bergann, seorang pensiunan militer dan pekerja sosial.

Ansih berharap kabar ini bisa menjadi motivasi kepada siapa pun terlebih-lebih kepada anak sebayanya yang pasti punya segudang mimpi. Ia berharap, keadaan apa pun tak boleh membatasi siapa pun untuk meraih cita-citanya.

“Saya bersyukur punya Mami yang terus menguatkan saya dan mendorong saya untuk meraih cita-cita. Meskipun Papi sudah tidak ada, tetapi saya kuat dan mami juga kuat untuk tidak terlarut dalam kesedihan,” kata Ansih.

Dia akan mulai masuk masa karantina pada 3 Agustus 2015. Selama karantina itu dirinya tidak akan bisa dihubungi. ”Mungkin pas detik-detik keberangkatan saja bisa bertemu. Karena waktu itu akan ada penyerahan koper oleh orangtua,” kata Ansih.

Ansih berjanji akan melakukan yang terbaik ketika sudah berada di Amerika Serikat kelak. “Kesempatan tidak datang dua kali. Saya akan siap mengharumkan nama bangsa, nama sekolah, dan nama daerah sayam,” ujarnya.

Coba-coba

Beasiswa ke Amerika Serikat Ansih peroleh berawal dari coba-coba. Saat itu, ia penasaran dengan temannya yang sibuk mempersiapkan diri untuk mendaftar. Saat itu sebenarnya diajak temannya untuk mendaftar saja, tetapi Ansih menunda karena ia belum memberi tahu maminya. ”Saya juga paling berpikir, jika jadi ke AS, paling juga tidak dibolehi sama Maminya. Mami dapat uang dari mana untuk ongkos saya,” ujarnya mengenang.

Setelah ia beri tahu maminya, ia pun akhirnya mendaftar pada saat-saat terakhir menjelang penutupan untuk mendapatkan beasiswa belajar di Amerika Serikat.

Ansih mengaku bahwa ikut pertukaran pelajar adalah impian ayahnya. ”Dulu waktu Papi masih ada, ia selalu mendorong dan menguatkan cita-cita saya untuk bisa ke luar negeri untuk ikut program pertukaran pelajar. Papi itu selalu ingatkan saya agar belajar bahasa Inggris,” ujar Ansih.

Erza Lasoturia Anansih Mendröfa mendapat ucapan selamat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 Agustus 2014. — Foto Dokumen pribadi
Erza Lasoturia Anansih Mendröfa mendapat ucapan selamat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 Agustus 2014. — Foto Dokumen pribadi

Termasuk juga keberhasilan menjadi anggota Paskibraka 2014. Ini tidak terlepas dari dorongan ayahnya. ”Setiap tujuh belasan Agustus, Papi itu selalu ajak saya menonton pengibaran bendera di televisi. Papi selalu mengatakan, ’Kamu mau kan nanti jadi Paskibraka? Kamu jadi dokter juga, ya’ Papi selalu menguatkan cita-cita saya,” kata Ansih.

Baca juga:  GMNI Cabang Nias: Mahasiswa Harus Kawal dan Amalkan Pancasila

Pembicaraan dengan Kabar Nias sebentar terhenti. Ansih menangis….. ”Om, maaf, saya jadi ingat Papi. Kalau bukan karena Papi (sambil terbata-bata), Ansih tidak mungkin bisa seperti ini.”

Belajar Sendiri

Ansih adalah anak yang mandiri. Sejak kecil ia sudah dilatih untuk tidak pernah mengandalkan orang lain dalam urusannya sendiri, termasuk untuk belajar bahasa Inggris sebagai syarat utama untuk bisa datang ke luar negeri, ia tidak pernah merepotkan Maminya untuk masuk kursus.

Bagi Ansih, jika bisa dilakukan sendiri, mengapa harus ikut kursus. ”Saya hanya belajar Bahasa Inggris dari pelajaran sekolah saja,” ujar Ansih yang sejak TK hingga SMA itu selalu rangking satu atau dua di sekolahnya.

Agar bisa lancar berbahasa Inggris, Ansih selalu membaca buku berbahasa Inggris milik orang dewasa. Bahkan, jika ada yang memberinya hadiah, ia meminta agar dihadiahi buku bacaan berbahasa Inggris. Ia juga membeli berbagai buku TOEFL. Usahanya tidak sia-sia. Saat tes terakhir hasil tes TOEFL-nya mencapai 493.

TOEFL adalah singkatan dari Test Of English as a Foreign Language (Test Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing) yang diorganisasikan oleh Educational Testing Service (ETS), sebuah lembaga pendidikan di Amerika Serikat. TOEFL ini perlu untuk orang-orang yang ingin belajar atau menuntut ilmu untuk bersekolah di luar negeri.

Ansih mengaku tidak kesulitan mengerjakan berbagai tes beasiswa ke AS itu dalam bahasa Inggris. Tes yang dikerjakan Ansih meliputi  esai berupa menceritakan diri sendiri, psikotes; keterampilan, kesenian, kerja sama, pengetahuan umum, dan kesehatan. Ia mengerjakan tugas-tugas itu di sela-sela tes dirinya mengikuti tes paskibraka.

”Hasilnya, Maret 2015, saya diberi tahu bahwa lolos seleksi dan berhak belajar di AS,” ujarnya.

Kepada Kabar Nias, Ansih mengatakan bahwa alasan kuat ia bisa datang ke AS tak lain hanya karena  anugerah Tuhan. ”Kemudian buah dari didikan orangtua yang selalu tegas penuh kasih sayang. Papi dan Mami mendukung saya untuk selalu belajar. Saya tidak ingin mengecewakan Papi dan Mami,” kata Ansi.

Setelah nanti sudah sampai di AS, Ansih mengaku bahwa akan menjadi duta kebudayaan Indonesia, Jawa Barat, dan Nias. Ia akan memperkenalkan budaya Indonesia di sana. ”Saya sudah mempersiapkan presentasi terkait budaya Jawa Barat dan Nias, serta Indonesia pada umumnya,” ujarnya.

Selama di sana pasti akan merindukan Maminya. Namun, ia mengaku masa karantina ketika menjadi Paskibraka telah menempa dirinya dan terbiasa hidup sendiri tanpa berhubungan sama sekali dengan keluarga. ”Waktu itu, kan, sama sekali tak boleh berhubungan dengan keluarga. Saya rasa saya bisa mengatasi homesick ketika nanti ada di Iowa, AS,” ujarnya.

”Saya hanya berpesan kepada Mami agar jaga kesehatan saja jangan lupa berdoa terus buat Ansih,” katanya. Maminya akan ditemani adik Samuel dan juga saudara sepupunya.  [KNC01R]

RELATED ARTICLES

6 KOMENTAR

  1. Selamat Ansih. Kami bangga mendengar kisahmu, kisah yg menginspirasi. Salam dan doa untukmu, semoga Allah menyertai dan melindungimu. Ya'ahowu.

  2. selamat berjuang ya dek… semoga sukses. Dengan pasti, kamu adalah salah satu generasi penerus bangsa Indonesia. SEMANGAT!!!

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments