Home Featured Menyoal Slogan Para Pasangan Calon di Kota Gunungsitoli

Menyoal Slogan Para Pasangan Calon di Kota Gunungsitoli

0
Menyoal Slogan Para Pasangan Calon di Kota Gunungsitoli
Debat Publik I Calon Wali Kota-Calon Wakil Wali Kota Gunungsitoli.

Gunungsitoli Rumah Kita

Gunungsitoli rumah kita adalah produk dari pasangan calon nomor urut dua (Ir. Lakhömizaro Zebua dan Sowa’a Laoli, S.E., M.Si). Pasangan calon ini mengunakan yel-yel lain, yakni “Laso adalah Kita”, “Laso menang”. Slogan “rumah kita” memiliki nuansa kekeluargaan dan kebersamaan. Tampaknya pasangan calon ini ingin memposisikan diri sebagai “orang tua” yang selalu hadir di rumah.

Dari perspektif sosiologi keluarga, rumah adalah tempat berteduh, tempat suka dan duka, tempat menata masa depan, ruang diskusi dan berdebat. Singkatnya, semua dimensi kehidupan seseorang dimulai dan berakhir di rumah. Pasangan calon Laso ini telah menangkap kondisi masyarakat Kota Gunungsitoli yang sangat heterogen. Gunungsitoli rumah semua orang. Ini termasuk prinsip keterbukaan.

Terlepas adaptasi dari pasangan calon lain di Sumatera Utara, sebutlah pasangan calon “Benar” Kota Medan yang diusung oleh PDI-P juga menggunakan slogan “Medan Rumah Kita”, pasangan Laso di Gunungsitoli ingin menyatakan kepada masyarakat bahwa rumah besar (Kota Gunungsitoli) adalah milik semua warganya. Maju-mundurnya kota ini bergantung pada penghuninya. Semua warga Kota Gunungsitoli memiliki “kamar” yang mesti dihuni dan dipelihara dengan baik. Rumah besar yang bernama Gunungsitoli mesti ditata bersama agar tetap menjadi dambaan semua anggota keluarga.

Selain itu, pemilihan slogan ini juga memiliki nuansa lain, katakanlah untuk menarik simpatik masyarakat yang tidak suka dengan pemimpin yang hanya “kost” di Kota Gunungsitoli.

Tidak dapat diingkari bahwa wali kota Martinus Lase berdomisili tetap di Medan. Kalaupun memiliki KTP Kota Gunungsitoli hanya sebatas memenuhi syarat administrasi penduduk.

Hal serupa juga, pasangan nomor urut tiga yang hingga kini masih berdomisili di Jakarta. Fenomena ini telah dicermati oleh tim pemenang pasangan nomor urut dua dan mengemasnya menjadi isu strategis bagi pemilih di Kota Gunungsitoli.

Pada saat debat kedua, pasangan ini secara tegas mengatakan bahwa Gunungsitoli rumah kita karena kita lahir, besar, tinggal, bekerja, dan bahkan meninggal di kota ini, Kota Gunungsitoli.

Hal yang ingin dikemukakan oleh pasangan calon ini bahwa keduanya mengetahui persis kondisi Kota Gunungsitoli. Wajar saja karena Lakhömizaro berkarier di pemerintah/Kabupaten Nias hingga menjadi Pj Wali Kota Gunungsitoli, sedangkan Sowa’a anggota DPRD Kabupaten Nias hingga Ketua DPRD Kota Gunungsitoli.

Baca juga:  Mencermati Gugatan Pilkada Kepulauan Nias di MK

Gunungsitoli yang diklaim sebagai rumah bersama ditanggapi serius oleh Sekretaris Umum BNKP, Pdt. Dr. Dorkas Orienti Daeli, M.Th. pada saat ucapan syukur hari ulang tahun pasangan calon nomor urut 2 (lahir pada tanggal dan bulan yang sama, 11 November). Penyebutan rumah bagi Gunungsitoli memiliki dimensi makna yang cukup luas. Jika hal ini dapat diwujudnyatakan, daerah ini akan sejajar dengan kota lain di Sumatera Utara.

Penghuni rumah tentu saja mendambakan kasih sayang, kenyamanan, kebahagiaan, kesejukan, ketenteraman dan sejenisnya. Sinergi orangtua dan semua anggota keluarga menjadi penentu harapan dimaksud. pasangan nomor urut dua yang telah mengusung frase “Gunungsitoli Rumah Kita” dituntut untuk berlaku adil dan jujur agar penghuni rumah merasakan kehangatan kasih sayang orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pasangan nomor urut 2 berusaha menarik simpatik masyarakat dengan sebuah gagasan, ide, pemikiran bahwa Kota Gunungsitoli adalah rumah tempat tinggal bukan rumah singgah.

Dalam bahasa Inggris terdapat dua kata yang artinya sama, tetapi esensinya berbeda. Kata “house” dan “home” merujuk pada kata rumah. Namun kata “house” terbatas pada bangunannya, sedangkan “home” merujuk pada tempat tinggal. Itulah sebabnya terdapat ungkapan yang berbunyi, “Banyak orang yang mampu membeli rumah (house) miliaran rupiah, tetapi sedikit saja yang dapat membeli tempat tinggal (home) yang mungkin hanya ratusan ribu rupiah.

Penggunaan slogan “Gunungsitoli Rumah Kita” oleh tim pemenang pasangan calon Laso ini bukan tanpa alasan. Alasan utama tentunya agar masyarakat merasa bahwa Gunungsitoli adalah milik bersama dengan segala propertinya. Perjuangan dimulai dan berakhir di Gunungsitoli. Apakah slogan ini mampu mendulang suara yang signifikan sehingga menjadi pemenang, akan teruji pada pilkada tahun ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.