Home Featured Tuhoni Telaumbanua: Gereja Harus Berakar Lewat Persekutuan

Tuhoni Telaumbanua: Gereja Harus Berakar Lewat Persekutuan

0
Tuhoni Telaumbanua: Gereja Harus Berakar Lewat Persekutuan
Bupati Nias Sokhiatulo Laoli memukul gong untuk membuka secara resmi Sidang Sinode XX AM AFY di halaman Gereja AFY Amandaya Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias. Kamis (5/11/2015). Foto Kabar Nias/Onlyhu Ndraha.

IDANÖGAWO, KABAR NIAS — Hambatan pengembangan gereja dewasa ini, termasuk di Nias, meliputi kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan. Tantangan itu harus direspons oleh gereja dengan meningkatkan etos kerja, mengurangi gaya hidup hedonis dan konsumtif, serta berakat dalam persekutuan.

Hal ini disampaikan MPH PGI Kepulauan Nias Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua pada pada Sidang Sinode XX Angowuloa Fa’awösa Khö Yesu (AFY) atau Himpunan Persekutuan dalam Yesus di halaman Gereja AFY Amandaya, Desa Tetehösi, Kecamatan Idanögawo, Kabupaten Nias atau jalan menuju pemandian Mbombo’aukhu, Kamis (5/11/2015).

“Angka kemiskinan di Indonesia mencapai 28,2 juta jiwa atau 40 persen dengan rata-rata penghasilan kurang dari 2 dollar AS dan khususnya di Kabupaten Nias tahun 2014 berdasarkan data BPS sebanyak 21.280 jiwa. Hal ini terjadi karena belum meratanya program pembangunan, praktik korupsi, dan masyarakat yang belum memiliki etos kerja,” ujar Tuhoni.

Menurunnya harga getah karet di Pulau Nias hanya Rp 5.000 per kilogram, sedangkan di Tapanuli mencapai Rp 17.000 per kilogram, kata Tuhoni, karena kualitas karet di Nias rendah. “Petani saat menderes sering mecampur kulit karet dan bahkan kerikil,” kata Eporus BNKP itu.

Selain itu, penegakan hukum yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas atau tajam pada minoritas dan tumpul pada mayoritas juga berpengaruh.

“Ada ketidakadilan bagi setiap warga Indonesia. Termasuk kehadiran radikalisme, semakin merajalelanya paham terorisme, isu ISIS, serta terjadinya pembakaran rumah ibadah. Zaman Presiden Sukarno gereja yang dibakar sebanyak 2 unit, zaman Soeharto sebanyak 462 unit. Peralihan ke Habibie sebanyak 420 unit. Lalu zaman Mega-SBY mencapai 230 gereja yang sudah dibakar. Sekarang zaman Presiden Joko Widodo meneruskan budaya SBY. Beberapa gereja sudah dibakar bahkan adanya peraturan daerah yang dikeluarkan bupati/wali kota untuk tidak mendirikan gereja. Yang muncul intoleransi,” kata Tuhoni.

Baca juga:  Palembang Segera Miliki Sistem Pengolahan Limbah Domestik

Tuhoni juga menyoroti masalah lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia. “Saat ini hutan yang terbakar seluas 8.000 juta hektar. Ancaman semakin berkurangnya bahan bakar minyak (BBM) terjadinya berbagai bencana yang menimpa masyarakat. Semuanya ini terjadi karena gaya hidup hedonisme yang bersifat konsumtif,” ujarnya.

Untuk itu, kata Tuhoni, gereja harus berakar melalui persekutuan, sungguh-sungguh memberitakan injil, kuat melalui ibadah, besar melalui pelayanan dan luas melalui penginjilan.

Melayani di Luar Umatnya

Sementara Pdt Foluaha Bidaya saat yang didaulat menjadi pengkhotbah pada Sidang Sinode XX AFY itu mengatakan bahwa gereja di Nias cenderung hanya memperhatikan komunitasnya sendiri.

Atraksi tari moyo mengawali pembukaan Sidang Sinode XX AFY. —Foto: Onlyhu Ndraha
Atraksi tari moyo mengawali pembukaan Sidang Sinode XX AFY. —Foto: Onlyhu Ndraha

“Selama ini gereja-gereja di Nias hanya memperhatikan komunitasnya sendiri. Saatnya gereja melayani orang luar agar warga jemaat AFY memiliki jiwa misionaris. Gereja harus bergerak agar orang berbalik dari perbuatan jahat menjadi pengikut Yesus. Yesus dulu tidak pernah membeda-bedakan untuk melayani,” ujar Ketua Majelis Sinode BKPN dari Nias Selatan itu dengan keras.

Sidang sinode dengan tema “Ladang Telah Menguning, Tuailah Bersama dalam Kasih (Yohanes 4:35b)” dihadiri oleh Bupati Nias Sökhi’atulö Laoli dan membuka secara resmi sidang itu.

Dalam sambutannya, Sökhi’atulö mengatakan bahwa AFY sudah berperan membangun SDM masyarakat Kabupaten Nias selama 90 tahun lebih sejak berdiri khusus di bidang rohani. “Semoga sidang ini menjadi wadah meningkatkan kebersamaan. Dia menyampaikan apresiasi bahwa di AFY tidak pernah ada perpecahan,” ujarnya.

Pengamatan Kabar Nias, pada acara pembukaan itu turut hadir Wakil Wali Kota Gunungsitoli, Wakil Bupati Nias, Kapolres Nias AKBP Bazawato Zebua, Ketua Pengadilan Negeri Gunungsitoli Khamözaro Waruwu, mewaliki Dandim 0213/Nias dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya yang mencapai 1.000 orang. [knc02w]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.