Kehadiran Ikatan Perempuan Nias (Ipni)—yang dimulai di Pematangsiantar dan sekitarnya—merupakan oase di tengah-tengah masih minimnya prestasi dan kurangnya gebrakan srikandi Nias jika dibandingkan dengan perempuan dari daerah lain untuk saat ini.
Perempuan adalah aset daerah dalam pembangunan. Pemerintah daerah tidak boleh lagi memandang perempuan dengan sebelah mata dan menganggap sebagai warga kelas dua.
Adalah dr Ria Novida Telaumbanua, Direktur RSU Djasamen Saragih Pematang Siantar, tak bisa menahan diri menyaksikan kaumnya, terutama yang satu daerah dengan dirinya, banyak yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Perempuan asal Nias, khususnya di Pematangsiantar, kebanyakan bekerja di sektor informal, di pabrik-pabrik, perkebunan, industri rumah tangga seperti tenun, dengan posisi sangat rentan sebagai buruh.
Dengan keprihatinan ini, dr Ria menginisiasi dan membentuk Ipni Pematangsiantar dengan memilih pengurus para perempuan Nias yang dilantik pada Jumat (9/10/ 2015).
“Dengan rendahnya pendidikan, minimnya keterampilan, perempuan Nias tidak bisa berbuat banyak untuk lebih memiliki nilai tawar yang tinggi sehingga bisa memperbaiki tingkat kesejahteraan hidupnya dan keluarganya. Untuk itu perempuan Nias harus diberi kesempatan. Perempuan Nias harus keluar dari zona nyaman selama ini yang dianggap sebagai warga kelas dua,” kata dr Ria.
Selain itu, seperti juga diakui sendiri oleh dr Ria Telaumbanua, akses yang kurang terhadap kesehatan sering dialami oleh perempuan Nias di mana saja.
“Karena itulah Ipni hadir. Perempuan-perempuan Nias di mana saja harus dipastikan mendapatkan hak-haknya sebagai warga masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan. Kami mulai dulu dari Pematangsiantar dan sekitarnya ini. Perempuan Nias harus hidup sehat. Dengan hidup yang sehat, perempuan Nias bisa mengoptimalkan kemampuannya dalam berbagai bidang yang mereka inginkan,” ujarnya.
Menurut dr Ria, tidak ada yang lebih memikirkan dan peduli kepada para perempuan selain perempuan itu sendiri. “Dia harus menjadikan dirinya tiang yang kokoh karena tinggi-rendahnya kualitas generasi penerus ada di tangan perempuan,” katanya.
Dukungan Banyak Pihak
Keberadaan Ipni disambut baik oleh masyarakat Nias. Tokoh Nias di Pematangsiantar, Faoziduhu Zai alias Ama Roni, mengaku sangat mendukung keberadaan wadah khusus untuk memperjuangkan hak-hak dan kewajiban putri dari Nias.
Menurut salah satu pejabat di Kejaksaan Negeri Pematangsiantar ini, dengan adanya Ipni, selain memperjuangkan perempuan, juga melestarikan budaya dan adat ono niha.
“Dalam kebudayaan dan adat-istiadat serta tradisi Nias, perempuan sangat berperan. Dalam adat perkawinan, perempuan berperan dalam tahapan fame’e ba famotu ono nihalö, upacara fame’e afo, tak lengkap tanpa peran serta perempuan. Akhir-akhir ini sudah tak ada lagi regenerasi dalam melestarikan adat ini. Dengan adanya Ipni, mudah-mudahan kebudayaan Nias di perantauan ini tetap lestari,” ujarnya.
Kepada Kabar Nias, Ama Roni menyampaikan bahwa pada pelantikan pengurus Ipni, yang dihadiri Kepala Kejaksaan Negeri Pematangsiantar dan Simalungun, Wakil Wali Kota Gunungsitoli Aroni Zendratö, perwakilan Bupati Nias Barat, Plt Wali Kota Pematangsiantar, tokoh pemuda Nias di Medan, Turunan Gulö, disemarakkan oleh atraksi tari moyo dan tari maena oleh putri-putri asal Nias.
Acara yang dihadiri sekitar 400 orang itu berlangsung di Restoran Internasional Jalan Gereja Nomor 38 Pematangsiantar. Penasihat sekaligus pendiri Ipni dr Ria Novida Telaumbanua melantik Pengurus Harian Ipni Pematangsiantar dan Sekitarnya periode 2015-2018, antara lain Kristina Atimani Waruwu (Ketua), Yulina Hulu (Wakil Ketua), Atisama Waruwu (Sekretaris), Atirina Zebua (Wakil Sekretaris), dan Adila Mendröfa (Bendahara), dan pengurus bidang.
Ipni diharapkan tidak hanya ada Pematangsiantar. Perempuan Nias di daerah lain sebaiknya berkoordinasi dan segera membentuk Ipni cabang di daerahnya masing-masing.
Selain itu, patut juga diapresiasi tekad pengurus Ipni Pematangsiantar untuk berkomitmen menjalankan organisasi secara profesional. Seperti disampaikan dr Ria bahwa semua pengurus yang dilantik telah memiliki komitmen yang sama untuk menjadikan Ipni sebagai wadah yang benar-benar memperjuangkan perempuan Nias.
“Tidak hanya sekadar nama lalu buat narsis-narsisan. Ipni harus berguna dan bermanfaat bagi perempuan Nias,” ujarnya.
Dr Ria menyampaikan apresiasi atas dukungan semua pihak, terutama para tokoh Nias, seperti Dr Yasonna Hamonangan Laoli, yang juga Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. “Sumbangan dana dan pemikiran yang diberikan oleh Pak Yasonna dan para tokoh lainnya yang tidak saya sebut satu per satu sangat bermanfaat untuk mendukung keberadaan Ipni,” kata dr Ria.
Kita ucapkan selamat datang Ipni. Semoga menjadi wadah dan organisasi yang berguna dan membawa perempuan Nias semakin maju dan sukses di berbagai bidang. Selamat memulai bekerja. Proficiat!