Home Kanal Diaspora Nias Menyoal Kualitas Kesehatan Masyarakat di Kepulauan Nias

Menyoal Kualitas Kesehatan Masyarakat di Kepulauan Nias

1
Menyoal Kualitas Kesehatan Masyarakat di Kepulauan Nias
UGD RSU Kota Gunungsitoli.


Moderator: Theo Ndruru
((Bertindak sebagai moderator, Theo Ndruru, Mahasiswa Program Doktor Insititut Teknologi Bandung (ITB).))
Notulensi: Marinus Waruwu((Marinus Waruwu adalah Kandidat Doktoral Bidang Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, UPI-Bandung. Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Guru Yayasan Pendidikan Salib Suci, Jawa Barat.))

Peningkatan kualitas kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan. Peningkatan kualitas kesehatan bertujuan untuk meningkatkan awarness masyarakat agar mengusahakan hidup sehat secara maksimal. Beberapa indikator kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seperti proporsi perilaku cuci tangan, proporsi merokok, akses air bersih, akses sanitasi, imunisasi lengkap, prevalensi anak balita gizi buruk, rasio dokter dan puskesmas, rasio bidan/desa dan lain-lain. Adapun batas normal IPKM adalah 0,415987. IPKM  menjadi acuan pemerintah daerah untuk membuat program yang lebih tepat dalam meningkatkan kualitas kesehatan masing-masing di daerahnya.

Kualitas kesehatan masyarakat Pulau Nias dapat kita lihat dari indikator IPKM dari Kementerian Kesehatan, level Pulau Nias jauh dari baik. Kabupaten Nias menempati posisi kabupaten ke-425 dan Kabupaten Nias Selatan ke-435 terburuk dalam hal indikator tersebut (Dinkes Provinsi Sumut: 2010). Itu berarti beberapa kabupaten di Nias masih berada di bawah kabupaten di bagian Timur Indonesia, seperti Kabupaten Merauke (210), Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua (405). Beberapa kasus yang muncul ke permukaan, antara lain kasus angka kematian ibu yang tercatat masih tinggi, yakni 549 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus gizi buruk pada anak balita juga masih terjadi di Nias, yakni 1,04 persen, kasus rabies mengalami peningkatan, kasus malaria, DB (demam berdarah), TBC, meningkat pesat.

Karena dirasa semakin mendesaknya upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di Kepulauan Nias, Grup WhatsApp Orahua Tötönafö (GWA OTT) menyelenggarakan diskusi pada hari Kamis, 5 Oktober 2017. Peserta diskusi adalah orang Nias yang berdomisili di Nias dan perantauan. Mereka berprofesi sebagai pejabat pemerintahan daerah, mantan pejabat, DPRD, pakar pendidikan, motivator/trainer, pensiunan, rohaniwan, dosen, karyawan swasta, wartawan, dan para mahasiswa asal Nias yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri seperti Belanda, Italia, dan lain-lain. Diskusi berlangsung dari Pukul 18.00-23.00 WIB. Tema adalah “Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat di Kepulauan Nias.

Masalah

Dalam diskusi tersebut, peserta diskusi mengidentifikasikan penyebab masih rendahnya kualitas kesehatan di Kepulauan Nias sebagai berikut.

Pertama, kesadaran pendidikan pasien dan keluarga (PPK) tentang penting menjaga kesehatan masih rendah.  Kekurangtahuan masyarakat terhadap kesehatan berdampak besar pada kualitas kesehatan yang menyebabkan kematian. Contoh paling nyata, seperti masalah cuci tangan sebelum dan sesudah makan, kebersihan lingkungan rumah masih rendah di mana kandang hewan (babi, ayam,) yang sangat berdekatan dengan rumah, masalah ketersediaan toilet (WC) di rumah, pemeriksaan kesehatan kandungan belum berjalan, dengan konsumsi makanan sehat untuk menambah gizi anak dan orang dewasa.

Kedua, infrastruktur dan fasilitas kesehatan, seperti klinik, puskesmas atau rumah sakit, masih terbatas. Infrastruktur dan fasilitas kesehatan yang sudah ada pun tidak terawat dengan baik dan dibiarkan berkarat. Ketiga, ketersediaan tenaga bidan/dokter yang terbatas.

Keempat, kualitas pelayanan masih rendah. Mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis masih jauh dari harapan.  Kesadaran mereka untuk melayani masih diragukan. Mereka masih kurang tanggap dan masih fokus pada materi sehingga banyak pasien yang telantar dan baru ditangani setelah meninggal.

Kelima, puskesmas dan pustus kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Masyarakat merasa kesulitan untuk mendapatkan pelayanan medis. Masih ada obat-obatan yang tidak layak dikonsumsi oleh pasien.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=733093416875422&set=a.197805037070932.1073741825.100005243111188&type=3

Kekurangan asupan gizi dan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak, kecerdasan anak balita. Penyebabnya antara lain faktor ekonomi dan kemiskinan. Maka langkah konkret mencegah ini perlu mengaktifkan posyandu.

Solusi

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, peserta diskusi mengusulkan beberapa rekomendasi sebagai usulan kepada pemerintahan daerah kepulauan Nias sebagai berikut.

Bidang Pendidikan

Bidang Pendidikan mencakup beberapa hal:

  1. Edukasi tentang kesehatan harus ditingkatkan. Gereja dan sekolah-sekolah secara terus-menerus melakukan edukasi/penyuluhan mengenai kesehatan terhadap masyarakat Nias. Edukasi bukan hanya kepada pasien, tetapi juga pelaku di bidang kesehatan.
  2. Peningkatan profesionalitas tenaga bidan/dokter melalui, antara lain, training/lokakarya/seminar/praktik lapangan/studi lanjut.
  3. Menganggarkan beasiswa untuk 10 orang dokter spesialis setiap kabupaten/kota.
  4. Anggaran beasiswa bidan/perawat untuk 50 orang di setiap kabupaten/kota.
  5. pendidikan tentang menggalakkan tindakan preventif dengan mengedukasi masyarakat berkenaan kesehatan jasmani pun rohani. perlu ada upaya-upaya prefentif, promotif, kuratif, rehabilitatif. tahapan-tahapan tentu, sekali lagi, semua pemangku kepentingan, bisa berkontribusi.
Baca juga:  Literasi Keuangan di Indonesia Masih Rendah

Bidang Ekonomi.

Menfasilitasi investor untuk membangun rumah sakit, puskesmas, dan sekolah di wilayah Nias.

Bidang Politik.

Bidang politik mencakup beberapa hal:

  1. Pemerintah daerah harus memiliki keinginan politik (political will) untuk membuat regulasi undang-undang yang berpihak kepada jaminan kesehatan.
  2. Pemerintah daerah harus mencari kepala dinas kesehatan yang benar-benar mampu menangani masalah kesehatan.
  3. Terobosan kebijakan untuk dana desa untuk dialokasikan mengatasi masalah kesehatan, misalnya, untuk satu tahun anggaran, dana desa dipakai untuk membangun WC di seluruh desa di Nias.
  4. Program-program yang menyentuh akar permasalahan yang ada dengan perencanaan yang mumpuni sehingga dampaknya terasa serta sifatnya berkelanjutan.

Bidang Sosial

Bidang sosial mencakup beberapa hal:

  1. Masyarakat harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarganya. Lembaga-lembaga swadaya yang peduli terhadap kesehatan melakukan langkah-langkah promotif, misalnya gerakan cuci tangan sebelum makan, gerakan mengonsumsi air bersih, dan sebagainya.
  2. Mendorong lahirnya komunitas-komunitas di Nias yang bergerak di bidang kesehatan, yang melakukan gerakan. Kegiatan berbasis gerakan rasanya sangat efektif dan bisa menjangkau banyak orang.
  3. Gerakan dan pemahaman kepada orangtua untuk memelihara ayam pedaging dan petelur untuk memenuhi gizi keluarga.
  4. Penataan pola hidup sampai pada penataan lingkungan sehat tidak lagi tergantung pada pemerintah melainkan diusahakan sendiri oleh setiap anggota masyarakat berdasarkan panggilan hati dan kesadaran jiwa.

Bidang Agama

Bidang Agama mencakup beberapa hal:

  1. Gereja perlu memiliki paradigma sehat untuk mencerahkan umatnya tentang hidup sehat.
  2. Gereja perlu mendorong peningkatan pelayanan kesehatan, seperti konseling soal kesehatan kepada umatnya. Gereja sudah terbukti bisa mengangkat sebagian besar orang-orang Nias dari keterpurukan pendidikan dan kesehatan.
  3. Gereja perlu membina kerja sama dengan puskesmas atau rumah sakit untuk memberikan penjelasan, penyuluhan baiknya program KP, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melaksanakannya, dan sebagainya. Misalnya tahun 2014-2015, paroki Salib Suci Nias Barat pernah menjalin kerja sama dengan Puskesmas Mandrehe menangani penyakit menular TBC((Perlu diingat, TBC adalah penyakit yang sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan serius. Penularan TBC bisa terjadi dari virus yang beredar di udara lewat percikan ludah penderita. Saat ini Indonesia berada di dua negara terbesar setelah India dengan jumlah penderita TBC. Namun, TBC bisa disembuhkan. Adapun obat-obat disediakan gratis oleh pemerintah.)). Paroki merekrut bidan dan akper. Tugas mereka adalah mengambil dahak calon pasien untuk diperiksa. Kerja sama ini efektif membantu masyarakat.

Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang Sarana dan PraSarana mencakup beberapa hal:

  1. Memberdayakan Rumah Sakit Umum di Gunungsitoli dan Rumah Sakit Santo Lukas di Telukdalam di Horisontal, tolong dilengkapi alat-alat canggih “seken” dan alat-alat rontgen yang setara RS di Medan, HKBP di Balige, Starting.
  2. Menyiapkan tenaga SDM profesional yang mampu mengoperasikannya/mampu merawat alat-alat kesehatan.
  3. Masyarakat Nias yang punya talenta/rezeki perlu bergabung membangun apotek di setiap kabupaten/kota, misalnya tiga apotek di di setiap kota/kabupaten.
  4. Pemakaian fasilitas WC perlu disosialisasikan manfaatnya bagi kesehatan diri dan anggota masyarakat secara umum. Perlu dibangun WC yang memenuhi syarat kesehatan. Tujuannya adalah masyarakat semakin sadar pentingnya WC yang sehat sebagai bagian dari kehidupan yang harus diusahakan dan diperjuangkan.
  5. Membangun sumber air bersih.

Peran pemerintah daerah Kepulauan Nias dalam meningkatkan sistem kesehatan sangat utama. Mereka bertindak sebagai regulator dan pengawas. Karena itu, GWA OTT merekomendasikan agar pemerintahan daerah mengatur membenahi sumber daya manusia melalui training/studi lanjut/penelitian, kebijakan yang berpihak pada peningkatan kualitas kesehatan, distribusi tenaga kesehatan yang merata, peningkatan fasilitas kesehatan, edukasi kepada masyarakat,  program-program kesehatan yang tepat sasaran, mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan lain-lain. Berbagai kebijakan tersebut diharapkan semakin dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Kepulauan Nias. Semoga!

1 COMMENT

  1. Saya rasa persoalan kesehatan di Nias memang harus segera diselesaikan demi kualitas hidup yg “layak” bagi anak2 kita masa depan dan keluarga kita di masa kini. Dan berbagai solusi diatas juga harus segera diterapkan. Saya setuju mengenai pembentukan komunitas yg bergerak dlm bidang kesehatan. Selain itu bisa juga membentuk komunitas anak-anak sekolah mulai dari SD sampai SMA, dst. Mengingat info ini sgt bermanfaat, semoga yg membacanya lebih banyak karna saat ini baru 26 orang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.