Friday, October 4, 2024
  • Iklan HUT Nisel Ke-21 Disbudparpora
BerandaKanalDiaspora NiasDiaspora Nias Dukung Gerakan Komunitas Peduli Warisan Budaya Nias

Diaspora Nias Dukung Gerakan Komunitas Peduli Warisan Budaya Nias

KOMUNITAS

JAKARTA, KABAR NIAS — Dibutuhkan peran serta masyarakat, terutama komunitas peduli warisan budaya Nias, dalam menjaga kelestarian warisan budaya Nias, yang semakin hari kondisinya semakin tidak terurus. Diaspora Nias berkomitmen mendukung gerakan ini sebagai salah satu wujud kecintaan akan tanah kelahiran.

Demikian mengemuka pada diskusi masyarakat Nias, terutama para diaspora, lewat grup WhastApp Orahua Tötönafö (OTT), Minggu (19/11/2017).

“Gerakan berbasis komunitas perlu direalisasikan untuk menjaga dan melestarikan setiap warisan budaya leluhur Nias yang kondisinya tidak terurus. Banyak adu zatua atau menhir batu yang tidak lagi terurus dan dipenuhi rerumputan. Tidak sedikit yang sudah dicuri dan dijual ke luar daerah bahkan ke luar negeri. Padahal, adu zatua ini sangat berharga,” ujar Marinus Waruwu, pemrakarsa grup WA OTT, Minggu, yang diamini oleh diaspora yang lain.

Marinus mengatakan, untuk gerakan ini komunitas berbasis mahasiswa, siswa, guru-guru, dan masyarakat secara luas yang memiliki kepedulian ikut berpatisipasi dalam komunitas peduli warisan budaya, seperti peduli batu-batu megalitik yang banyak tersebar di sejumlah tempat di kepulauan Nias.

“Ini sangat efektif untuk membangun sadar budaya megalitik. Ini bisa menjadi gerakan bersama, total action,” kata Marinus.

Agus Paterson Sarumaha, seorang wiraswasta, menyambut baik ide ini. Ia menyampaikan bahwa para diaspora Nias bisa melakukan donasi walaupun kecil-kecilan untuk membantu gerakan berbasis komunitas ini. “Kalau digerakkan, semua diaspora berpatisipasi, akan menjadi besar dampaknya. Gerakan ini bisa berupa memelihara dan melestarikan, misalnya dengan melaksanakan gotong royong secara reguler membersihkan tempat batu megalit lalu diperbagus dengan membangun pagar,” kata Agus.

Ia mencontohkan gerakan sejenis telah dilakukan oleh perantau dari Minangkabau dengan membumikan Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang).  “Lewat gerakan ini (Gebu Minang) setiap diaspora Minangkabau dari seluruh dunia mendonasikan uangnya sebesar Rp 1.000. Pengumpulannya dilakukan lewat rumah-rumah makan minang. Gerakan ini terbukti berhasil membangun ekonomi masyarakat Minangkabau melalui bank-bank perkreditan rakyat yang tersebar di Sumatera Barat. Hanya lewat penyisihan yang receh sebesar Rp 1.000,” ujar Agus.

Baca juga:  Hari Biasa, Tak Ada Pedagang di Pantai Berbisik

Perlu Didata

Untuk gerakan ini perlu kerelaan para sukarelawan di Pulau Nias untuk mulai bergerak dengan membentuk tim yang bertugas untuk mengoordinasi gerakan ini. Para diaspora juga meminta kesediaan para Kepala Dinas Pariwisata setiap daerah di Pulau Nias untuk berkenan menyediakan data daerah mana saja yang terdapat warisan budaya yang memerlukan intervensi masyarakat dalam rangka perawatan dan pelestarian.

Untuk mendapatkan alamat detail dari warisan budaya ini grup OTT Orahua menyediakan form yang bisa diisi dengan mengeklik Formulir Data Warisan Budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Tokoh diaspora Nias yang tinggal di Yogyakarta, Fönali Lahagu, menyampaikan bahwa gerakan ini sangat baik dan patut segera diwujudkan. “Ini ide baik. Bentuk semacam pilot project kecil-kecilan kerja sama antara masyarakat, dispora termasuk Grup WA OTT, dan Dinas Pariwisata,” ujar Fönali.

Salah seorang aktivis dan jurnalis yang tinggal di Nias, Reny Pantjawati, menyatakan siap untuk ikut berperan dalam gerakan ini. Ia akan mencoba menyampaikan ide pembentukan Komunitas Peduli Warisan Budaya Nias ini sehingga bisa segera melakukan gerakan.

“Saya akan mencoba menentukan salah satu batu megalit untuk menjadi pilot project. Silakan nanti para diaspora dan masyarakat Nias yang tergabung dalam Grup WA OTT menentukan apa saja yang bisa kita segera lakukan,” ujar Reny.

Gerakan ini yang paling penting adalah bagaimana menggerakkan masyarakat agar memiliki kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikan peninggalan leluhur. Dengan begitu, gerakan ini ada keberlanjutannya (sustainability).

RELATED ARTICLES

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments