GUNUNGSITOLI BARAT, KABAR NIAS – Teriakan kata merdeka dari warga Desa Hilinakhe, Kecamatan Gunugsitoli Barat, Kota Gunugsitoli di puncak Gunung So’arö Wiga, tak dapat dibendung saat mepmeringati hari ulang tahun ke–71 kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2016, Rabu (17/8/2016). Walau saat menaikkan bendera disertai hujan, warga yang mengikuti upacara tetap semangat dan menghormati bendera Merah-Putih.
Pengamatan Kabar Nias, tepat pukul 09.45, warga Desa Hilinakhe, siswa SDN No. 070988 Hilinakhe, beserta Kelompok Pencinta Alam Perintis 1999 (KPA Perintis ’99) memulai upacara. Seorang ibu Ferida Zebua (68) menjadi peserta upacara dan menghormati bendera saat dinaikkan.
Dalam upacara itu bertindak sebagai pembawa bendera Merah-Putih adalah Yunikasi Halawa dan ditemani oleh Fulihan Zebua serta Putra Zebua. Masyarakat begitu antusias dan kerja sama menyelenggarakan acara yang baru pertama kali terlaksana di desa itu sejak tahun 1925 setelah mekar dari Desa Orahi Tumöri, Kecamatan Gunungsitoli—yang kini menjadi Kecamatan Gunungsitoli Barat. Dari pusat desa menuju puncak sekitar 30 menit perjalanan kaki dengan mendaki.
Bertindak sebgai komandan upacara Yarman Zebua yang juga sebagai Sekretaris Desa Hilinakhe, Inspektur Upacara Kepala Desa Hilinakhe Martinus Zebua, teks Proklamasi dibacakan oleh anggota BPD, Yuniwati Zebua, teks Pembukaan UUD 1945 dibacakan oleh Rahmat Syukur Zebua dan doa oleh Pdt. Asa Adil Ndraha. Dilanjutkan dengan lomba vokal solo dan panjat pinang.
Seusai upacara bendera, Martinus meneriakkan kata merdeka dan disahut oleh seluruh warga yang ada sambil mengangkat tangan. “Merdeka….. merdeka….. merdeka,” sahut peserta upacara sekitar 30 detik.
Ferida Zebua (68), kepada Kabar Nias, mengatakan, sebagai wujud terharunya yang ingin merasakan sebagai peserta upacara. “Awena lafalua ba mbanuama wame’e yawa bendera Indonesia, inönö nasa ba dete hili lafalua. Andrö ahöli dödöma. Asendru dödögu meso ndaodo ba barisa mege,” kata Ferida yang sudah beruban itu. Artinya upacara itu baru pertama kali dilaksanakan di desanya, apalagi di puncak gunung. Masyarakat merasa kagum. Ferida saat upacara berlangsung terlihat terharu.
Peserta lainnya siswa kelas VI SDN No. 070988 Hilinakhe Aman Zebua mengatakan, mereka beserta guru memilih menjadi peserta upacara di puncak Hili So’arö Wiga dalam rangka memperingati HUT ke – 72 Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai luapan kegembiraan dan dukungan kepada masyarakat yang pertama sekali mengadakan acara tersebut.
“Kami tidak datang ke kecamatan untuk upacara, ini lebih seru bersama warga desa menaikkan bendera di puncak gunung,” kata Aman.
Setelah menjadi komandan upacara, Yarman Zebua acara yang baru saja mereka laksanakan merupakan pertama sejak tahun 1925 setelah mereka pisah dari Desa Orahi. Usulan memperingati HUT RI dari KPA Perintis ’99 dan disambut baik dengan seluruh masyarakat. Seluruh warga gotong royong membawa perlengkapan di puncak yang mencapai ketinggian 100 meter dari permukaan laut (MDPL).
“Kami unsur pemerintahan desa sempat khawatir acara ini kurang diterima masyarakat. Tapi nyatanya mereka antusias. Bahkan, warga yang sudah lanjut seusai rela menjadi peserta upacara dan berbaris. Ini merupakan suatu kekompakan dan bila diteruskan akan berdampak pada kemajuan desa,” kata Yarman dengan senyum.
Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Hilinakhe Martinus Zebua sebelumnya pelaksanaan upacara untuk tingkat desa yang melibatkan masyarakat belum pernah terjadi. Dengan adanya kegiatan ini, mereka ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa mereka mampu bersatu membangun desa demi peningkatan perekonomian.
Disampaikan Martinus, partisipasi masyarakat desa dalam menyongsong kemerdekaan tidak terlepas demi mencapai kesejahteraan. Mereka menyatakan membantu pemerintah Kota Gunungsitoli dalam melaksanakan program pembangunan, terutama jika nantinya terwujud mendirikan salib kasih di puncak Hili So’arö Wiga.
“Pemkot Gunungsitoli berencana membangun menara salib di puncak ini. Tentu sebagai pemerintahan desa kami mulai menyosialisasikan kepada masyarakat agar mendukung dan membantu. Jika nantinya itu berhasil, toh juga demi masyarakat untuk peningkatan ekonomi. Diihat dari acara ini, masyarakat sepertinya mendukung” kata Martinus mengklaim.
Untuk diketahui, menurut Martinus, jumlah penduduk yang dipimpinnya sebanyak 577 jiwa atau 132 kepala keluarga yang tersebar dengan luas 600.000 meter persegi. Sebanyak 75 persen dinyatakan petani, 24 persen sebagai tukang bangunan dan 1 persen lainnya.
Untuk sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tumöri, sebelah Timur dengan Desa Tomori Balohili, sebelah barat dengan Desa Gada dan sebelah utara dengan Desa Lolomoyo Tuhemberua, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli. [knc02w]