Thursday, April 18, 2024
BerandaRubrik Remaja PKPAArtikel Remaja PKPACegah Pernikahan Anak, PKPA Cabang Nias Latih Para Guru

Cegah Pernikahan Anak, PKPA Cabang Nias Latih Para Guru

KESEHATAN REPRODUKSI

GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Guru, terutama guru bimbingan konseling (BK), harus bersikap proaktif dengan mencari tahu informasi tentang siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menceritakan masalah yang mereka hadapi. Biasanya, dampak terburuk dari depresi yang dialami siswa adalah bunuh diri dan terlibat prostitusi.

Demikian mengemuka pada kegiatan training of trainer (TOT) tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Pernikahan Anak untuk para guru SMA/SMK di Kota Gunungsitoli seperti disampaikan dalam press release PKPA Cabang Nias yang diterima Kabar Nias, Jumat (18/3/2016).

“Hal utama yang dilakukan oleh guru adalah mencari informasi terkait masalah siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa menceritakan masalah yang mereka hadapi,” ujar N Telaumbanua, guru SMK Dharma Caraka Gunungsitoli membagikan pengalamannya.

Diterangkan N. Telaumbanua, tak jarang para siswa yang bermasalah merasa buntu pikirannya, sehingga bisa mengalami depresi akut. “Kita para guru BP harus tanggap dan mau mendengarkan mereka. Sebab, dampak terburuk yang akan dialami anak, yakni depresi, terlibat prostitusi, bahkan bunuh diri,” ujarnya.

Menurut Manajer PKPA Cabang Nias Chairidani Purnamawati, pelaksanaan TOT ini dilakukan dalam upaya mencegah pernikahan anak di Pulau Nias. “Ini merupakan yang kedua kali. Sebelumnya, TOT bagi guru-guru SMP dan pengurus organisasi remaja juga sudah dilaksanakan,” ujarnya.

Dijelaskan Dani (panggilan akrab Chairidani Purnamawati), TOT kali ini diikuti 20 peserta, yang merupakan guru BK dan biologi dari sejumlah sekolah di Kota Gunungsitoli. Para peserta berbagi pengalaman soal kasus-kasus yang sering ditemukan di sekolah masing-masing.

Sejumlah temuan para guru, ada siswa terlibat pergaulan bebas/seks di luar nikah. “Di sini pentingnya peran guru BK untuk melakukan konseling,” tambah Yusuf Roni Dawölö, guru SMK Negeri 1 Gunungsitoli.

Para peserta TOT juga bersepakat, sejumlah pendekatan bisa dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual terhadap anak, antara lain menggunakan berbagai metode konseling, pendekatan terhadap anak, dan juga mekanisme penyelesaian kasus di sekolah yang selalu mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.

Baca juga:  Arusutamakan Hak Anak, Pemda Diminta Susun Anggaran Responsif

“Juga dapat menggunakan media belajar terbitan PKPA, seperti ular tangga kespro (kesehatan reproduksi), flipchart Kespro, dan modul kespro,” kata Junita Lase dan Berkat Jaya Lömbu, guru SMA Negeri Unggulan Sukma Nias.

DSCN8302
Para guru peserta TOT sedang bermain ular tangga PKPA terkait Kesehatan Reproduksi. —Foto: PKPA Cabang Nias

Dalam TOT itu, Dani penyampaian bahwa guru juga dapat menggunakan contoh-contoh sederhana, terkait dampak HIV/AIDS terhadap anak, salah satunya dengan permainan kunyah-kunyang beng-beng dirasa cukup efektif dalam memberikan pemahaman terhadap anak.

“Perlu ada perubahan terhadap setiap reaksi kita dalam menyikapi setiap kasus yang dialami oleh anak. Pemberian sanksi berat, tidak selamanya memberikan efek yang baik bahkan dapat memberikan efek sebaliknya,” ujar Dani.

Pada akhir TOT ini, para peserta merencanakan melakukan sosialisasi di sekolah masing-masing dengan pendampingan dari PKPA Nias yang akan dilaksanakan hingga Desember 2016. Diharapkan, guru yang telah mengikuti TOT ini mampu menjadi trainer untuk anak didiknya dan juga bagi guru-guru lainnya. [knc01r]

RELATED ARTICLES

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments