LÖLÖMATUA, KABAR NIAS — Kabut asap kiriman dari Pulau Sumatera telah membuat jarak pandang warga Kecamatan Lölömatua, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, terganggu dan mata terasa perih. Kondisi ini sudah terjadi selama seminggu terakhir. Adapun beberapa penerbangan dari Kualanamu menuju Pulau Nias ditunda.
Pengamatan Kabar Nias, Rabu (14/10/2014), jarak pandang di wilayah Lölömatua—sekitar 70 kilometer dari Telukdalam—hanya sekitar 100 meter. Beberapa warga yang ditanyai Kabar Nias memang mengaku belum begitu terganggu dengan asap ini.
“Ini sudah seminggu terakhir daerah kami berkabut seperti ini. Mungkin karena mau hujan maka keluar kabut. Yang menjadi masalah adalah pengendara harus berhati-hati karena jalan kurang kelihatan. Selain itu, mata juga terasa perih,” ujar Wilson Giawa, warga Desa Lawa-lawa Luo, Kecamatan Lölömatua.
Sehari sebelumnya (Selasa), di wilayah Lölömatua hujan turun, tetapi sepanjang Rabu, hari cerah.
Pantauan Kabar Nias di Telukdalam, Nias Selatan, kabut asap juga cukup pekat. “Sudah sekitar seminggu ini asap cukup pekat di Telukdalam,” kata Indoek Laia, warga Telukdalam.
Pemerintah daerah di Pulau Nias, termasuk Pemerintah Kabupaten Nias Selatan, diminta untuk bisa mengerahkan tim medis untuk menanggulangi dampak dari kabut asap, terutama jika ada warga yang mengalami gangguan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) serta iritasi pada mata. Perlu dipertimbangkan untuk membantu warga dengan membagikan masker.
Sementara itu, penerbangan dari Kualanamu menuju Bandar Udara Binaka, Gunungsitoli, Rabu, ditunda karena pekatnya kabut asap yang menghalangi jarak pandang.
Sejumlah penumpang WingsAir dan Garuda yang menuju Nias memilih naik mobil travel menuju Sibolga untuk selanjutnya naik feri ke Gunungsitoli.
Salah satu calon penumpang Garuda asal Gunungsitoli, aktivis kemanusiaan Suster Klara Duha, mengaku terpaksa harus memilih jalan darat karena ingin segera sampai di Pulau Nias. “Sekarang saya sudah berada di feri menuju Pelabuhan Gunungsitoli dan tiba besok pukul 08.00. Saya melihat banyak warga Nias yang memilih jalan darat dan ada juga yang masih bertahan di Medan,” ujar Klara Duha. [knc06w/knco1r]