Home Rubrik Remaja PKPA Artikel Remaja PKPA Pelajar di Kota Gunungsitoli Kampanyekan Gerakan Berinternet Sehat

Pelajar di Kota Gunungsitoli Kampanyekan Gerakan Berinternet Sehat

0
Pelajar di Kota Gunungsitoli Kampanyekan Gerakan Berinternet Sehat
Pelajar berdiksusi bagaimana berinternet sehat. —Foto: Dokumentasi PKPA

GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Perkembangan teknologi melalui sarana komunikasi dan telekomunikasi berkembang sangat cepat. Dari 257 juta penduduk, 88 juta penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif. Hasil penelitian Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef), Harvard University, dan Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) di 11 provinsi di Indonesia, 400 koresponden remaja usia 10-19 tahun menyebutkan bahwa 80 persen anak Indonesia kecanduan internet.

“Internet saat ini bagaikan pisau bermata dua. Jika digunakan dengan benar, akan memberi manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Namun, jika salah menggunakan, dampaknya akan merusak bahkan bisa menghancurkan hidup manusia.
Oleh karena itu, pelajar sebagai kelompok rentan perlu memahami bagaimana menggunakan internet sehat,” ujar Chairidani Purnamawati di depan 45 siswa SMP dan SMA, peserta pelatihan Penggunaan Internet Sehat yang diadakan oleh PKPA-Nias di Aula RSUD Gunungsitoli (18/2/2016).

Media Sosial

Pelajar saat ini tidak asing dengan media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Path, BBM Messanger, dan ratusan lainnya. Rata-rata seorang remaja memiliki akun medsos empat buah. Semakin banyak medsos yang dimiliki berarti membutuhkan waktu lebih banyak untuk ‘memelihara dan merawat’ notifikasi medsos-medsos tersebut.

“Media sosial digunakan untuk bersosialisasi dengan teman-teman di sekolah, di luar jam pelajaran sekolah. Kita bisa chatting, berbagi foto dan berjumpa teman-teman yang sudah lama tidak bertemu,” ujar Ari Susanto, salah seorang peserta dari SMA Xaverius, Gunungsitoli.

Menurut Chairidani, biasanya dalam satu jam, penggunaan internet hanya 30 persen waktu yang digunakan dengan efisien seorang pelajar untuk mencari bahan pelajarannya. Selebihnya, 70 persen, digunakan untuk memutakhirkan status atau informasi, mengomentari status teman, mengunggah (upload) foto, chatting, dan sebagainya.

Mengatur waktu pemakaian adalah salah satu contoh penggunaan internet sehat. Apalagi jika menggunakan internet dengan efektif dan efisien. Selain mencari informasi melalui internet, pelajar juga dapat mencari informasi melalui media lain selain internet, contohnya seperti televisi, buku, dan surat kabar.

Pornografi

Salah satu hal negatif dari dunia maya adalah pornografi. Pornografi muncul dalam bentuk link, iklan, artikel dan foto-foto yang di up-load oleh akun-akun yang tidak bertanggung jawab di mdia sosial.

“Ketika melihat konten porno melalui internet, kita akan penasaran dan berusaha mencari dan mencari lagi. Akhirnya, jadi kecanduan dan tujuan membuka internet yang tadinya mau mencari pelajaran sekolah akhirnya melenceng,” kata Chairidani.

Pelajar dari berbagai sekolah di Kota Gunungsitoli mengikuti pelatihan berinternet sehat. —Foto: Dokumentasi PKPA
Pelajar dari berbagai sekolah di Kota Gunungsitoli mengikuti pelatihan berinternet sehat. —Foto: Dokumentasi PKPA

Secara tidak disadari akhirnya pelajar terlibat dalam bisnis pornografi melalui dunia maya. Chatting dengan orang-orang yang tidak dikenal, diajak pacaran, diajak ketemuan akhirnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca juga:  Guru dan Pengurus Remaja Peduli Pendidikan Kesehatan Reproduksi

“Pelajar harus waspada, jangan sampai jadi korban bisnis pornografi. Ingat selalu yang mereka jadikan sasaran biasanya pelajar yang lagi bosan, kesepian, marah, stres, dan capek,” tambahnya.

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2014, 322 kasus kekerasan terhadap anak melalui internet menggunakan media sosial. Kasus tertinggi 53 anak menjadi korban kekerasan seksual, 42 kasus anak menjadi pelaku kejahatan dalam jaringan (online), anak korban pornografi dari media sosial sebanyak 163 kasus, dan 64 kasus anak menjadi korban pornografi yang diunggah ke media sosial.

Kebutuhan

Meski banyak hal negatif yang harus diwaspadai, internet sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama pelajar. Tidak sedikit informasi yang berguna dapat dimanfaatkan oleh penggunanya.

“Menurut saya, membuka internet dan mencari informasi yang sesuai dengan minat dan hobi kita sangat menyenangkan,” ujar Krisman Waruwu, pelajar SMK Negeri 1 Gunungsitoli. Pencinta tim sepak bola Manchester United (MU) ini mengaku mendapat banyak informasi terkini tentang klub kesayangannya itu dari berselancar dari internet.

Beni Lase, pelajar dari SMKN 1 Dharma Caraka menambahkan, “Di Nias sangat susah mendapatkan komik-komik yang bagus. Melalui internet, saya bisa membaca komik terbaru yang saya ikuti serinya, hanya beberapa menit setelah ditayangkan.

Selain mendapat informasi sesuai minat dan bakat, ternyata melalui internet pelajar bisa mendapat penghasilan tambahan. Ari Susanto, pelajar SMA Xaverius contohnya. Dia membuat blog dan mendapat penghasilan lewat Google Ads.

“Awalnya saya mencoba saja. Ternyata blog saya banyak pengunjungnya, lalu saya mencari tau sendiri bagaimana Google Ads bisa masuk. Sekarang setiap bulan saya menerima uang sedikit berkat iklan yang ada di blog saya itu,” ujarnya.

Lain halnya dengan Iman Herlina Harefa, pelajar SMK Swasta Pembda Nias ini mengaku, meski mengambil jurusan IT, dia hanya menggunakan internet jika perlu saja.

“Saya ingin membuat media sosial sendiri suatu hari nanti. Saya lebih suka membaca buku daripada mendapatkan informasi secara instan melalui internet. Tak apalah jika teman-teman menganggap saya ketinggalan zaman. Buat saya, dunia nyata lebih menarik daripada dunia maya,” ujarnya.

Di akhir pelatihan, Chairidani Purnamawati berharap para peserta pelatihan bisa menjadi pendidik sebaya kepada remaja lainnya.

“Kami berharap dengan adanya pelatihan internet sehat, langkah ini dapat menjadi gerakan bersama para pelajar di Gunungsitoli. Pelajar juga dapat menjadi pendidik sebaya yang mampu memberikan informasi yang tepat tentang berbagai dampak penggunaan internet,” ujar Chairidani Purnamawati.

Ia mengatakan, jangan sampai kita dikendalikan oleh teknologi, sementara seharusnya kitalah yang mengendalikan teknologi. [ketjel zagötö]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.