Fondraru

0
Fondraru

Di kalangan orang Nias, fondraru begitu familiar. Benda yang terbuat dari besi kawat diberi pegangan biasanya dari kayu di salah satu ujungnya. Adapun ujung lainnya lancip. Fondraru berfungsi persis seperti tusuk sate. Daging yang ingin dipanggang di atas bara atau dalam api ditusuki pada fondraru.

Di setiap keluarga di Nias fondraru ini pasti bisa didapatkan. Hal ini karena orang Nias dikenal sebagai manusia adat, yang setiap tahapan kehidupan dirayakan dengan adat atau tradisi. Ini artinya, adat dilaksanakan, maka ada peliharaan seperti babi atau ayam yang akan disembelih untuk dimakan bersama-sama.

Maksud penyembelihan peliharaan ini di kalangan orang Nias dikenal sebagai dane-dane wangandrö (dasar atau alasan untuk ucapan pengucapan syukur). Ada anggapan, jika mengundang orang, kurang afdal jika tidak menyuguhkan makanan dengan lauk.

Sementara babi atau ayam dipotong-potong, jika pekerja atau anggota keluarga yang ingin makan, beberapa bagian dari babi atau ayam itu dibakar atau dipanggang untuk lauk. Cara memanggang dengan fondraru dipilih karena merupakan cara paling cepat. Bersihkan daging yang mau dipanggang, kasih bumbu seadanya, lalu tusukkan daging pada fondraru, panggang.

Sangking terkenalnya benda ini di tengah masyarakat Nias, lahirlah sejumlah ungkapan dengan gaya metafora. Böi tobali’ö fondraru nawôu (artinya kira-kira begini, jangan menjadi fondraru untuk temanmu). Ini biasanya dikatakan ketika seseorang yang diperalat oleh orang lain untuk keuntungan semata orang yang memperalatnya tersebut. (apose)

 

Baca juga:  Mamözi Aramba, Faritia, dan Göndra

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.