Kita ucapkan selamat kepada organisasi masyarakat bidang keagamaan di Pulau Nias, khususnya kepada ormas Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) dan Angowuloa Masehi Indonesia Nias (AMIN) yang telah sukses melaksanakan sinode dan memilih personel Badan Pengurus Harian (MPH) lembaga masing-masing untuk masa pelayanan 2017-2022.
Pengurus BPH BNKP terpilih sebagai Eporus Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, M.Si, Sekretaris Umum Pdt. Dorkas Orienti Daeli, M.Th, Bendahara Umum Pdt. Helu’aro Zega, S.Th. Sementara untuk gereja AMIN terpilih Eporus Pdt Odödögö Larosa, Sekretaris Umum Pdt. Ucha Gea, Bendahara Umum SNK Yardius Gea. Sidang Sinode Ke-56 BNKP berlangsung di Gereja Yubilium Hilimaziaya, Nias Utara, 6-9 Juli 2017; serta Sinode Ke-10 AMIN digelar di Gereja AMIN Jemaat Saewe, Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias, 6-9 Juli 2017.
Sekali lagi, kita sampaikan ucapan selamat kepada semua pengurus BPH kedua organisasi keagamaan besar di Pulau Nias ini diiringi doa agar bisa menjalankan amanat yang dipercayakan Tuhan dan jemaat selama lima tahun ke depan. Seperti layaknya setiap pemilihan pengurusan BPH, selalu saja ada harapan untuk sesuatu perubahan nyata, baik di internal sendiri maupun eksternal, dalam lingkungan masyarakat. Tantangan baru menanti pengurus baru pada lima tahun ke depan ini.
Pertanyaan kita, gebrakan apa saja yang kelak akan diambil dan seberapa besar berdampak pada umat dan bagi dunia ini. Itu yang kita tunggu.
Tak dimungkiri, dua organisasi besar di Nias ini, tentu bersama organisasi keagamaan lain, telah memberi warna bagi masyarakat Nias hingga kini. Upaya menjaga etos kekristenan yang bersandar pada Alkitab dalam tubuh organisasi gereja secara terus-menerus tanpa lelah dilakukan lewat pengajaran-pengajaran, baik di mimbar pada setiap ibadah maupun dalam setiap pertemuan-pertemuan rutin lainnya.
Semua ini bermuara untuk menghasilkan jemaat yang secara rohani memiliki tanggung jawab sebagai seorang Kristen dengan memiliki kasih seperti yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus. Gereja menempa jemaat menjadi garam dan terang bagi dunia ini; menjadi pembawa damai.
Dalam waktu yang bersamaan, gereja juga mengharapkan jemaatnya hidup berkecukupan penuh berkat karena daging ini perlu makanan jasmani. Untuk menyembah dan memuliakan Tuhan diperlukan “roti dan ikan”. Kegiatan kerohanian tak bisa dilepaskan dari urusan jasmani juga. Urusan jasmani tidak saja terbatas pada makanan dan minuman, tetapi lebih luas dari itu.
Apa yang dilakukan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), misalnya melakukan penandatanganan MOU dengan BPJS, beberapa waktu lalu, adalah contoh riil bahwa gereja perlu ambil bagian secara aktif dalam urusan selain kerohanian. Gereja harus ikut menyukseskan program-program pemerintah yang langsung berdampak pada kehidupan jemaat.
Momentum pelaksanaan sinode dan terpilihnya pengurus baru di kedua lembaga ini, kita ingin sampaikan hendaknya BNKP dan AMIN mengambil peran lebih lagi dalam berbuat dan ikut berjuang agar jemaat bisa terpenuhi hak-hak “jasmaniahnya”. Sebab, sekali lagi, ketika kebutuhan jasmaninya—sandang-pangan-papan—tercukupi, jemaat akan pasti lebih bersemangat dalam menata hubungannya dengan Tuhan.
Kita tahu kedua lembaga atau ormas ini sudah pasti memiliki perangkat untuk melakukan tugas pelayanan ini. Namun, kita ingin BNKP dan AMIN berbuat lebih. Pemimpin umum dan pendiri kelompok usaha Kompas Gramedia Jakob Oetama sering mengatakan kepada karyawannya, “… Baik saja tidak cukup” (85 Tahun Jakob Oetama; Yuk Simak Pak Jakob Berujar: 2016). Setiap karyawannya tidak hanya diminta hasil kerja yang baik, tetapi juga harus memiliki keunggulan (qualities).
Sebagai ormas, gereja BNKP dan AMIN harus memiliki sensibilitas yang tinggi serta berperan aktif dalam kehidupan bernegara. Secara teknis, misalnya BNKP dan AMIN harus bisa tanggap terhadap kondisi sosial yang sedang dialami jemaat yang juga warga negara. Kejadian pesatnya penggunaan narkoba dan intensitas kecelakaan lalu lintas yang tinggi di Pulau Nias menjadi contoh fenomena sosial yang seharusnya menjadi bagian dari tanggung jawab bersama. BNKP dan AMIN bisa berada di garda terdepan untuk mengajak pemangku kepentingan (stakeholder) lain duduk bersama untuk mencari tahu penyebab dan bersepakat untuk bergerak bersama dalam mencari solusinya. Hasil kesepakataan itu dituangkan dalam MOU yang diteken bersama dengan pihak terkait sehingga di setiap lembaga bisa diimplementasikan.
Hal lain, misalnya banyaknya anggota jemaat yang tidak bisa terpenuhi hak-haknya dalam pendidikan (literasi), dalam berusaha, dalam berpolitik, BNKP dan AMIN bisa bekerja sama dengan pemerintahan daerah mencari tahu penyebabnya. Ini sekaligus bentuk pengawasan BNKP dan AMIN agar pemerintah daerah bekerja sesuai tupoksinya.
Jika selama ini BNKP dan AMIN dominan dan sibuk dalam menata organisasinya (melihat ke dalam), ke depan mesti balik kanan, tataplah ke luar untuk melihat dunia dengan segala permasalahannya serta menjadi bagian dari solusi. Melihat keluar ini harus lebih dominan. Dengan begitu, keberadaan BNKP dan AMIN tidak saja dirasakan oleh anggotanya, tetapi “rasa asin” dan “kemilau terang”-nya dirasakan oleh seluruh masyarakat di mana mereka berada.
Kita ingin melihat ke depan, BNKP dan AMIN belakukan kerja sama dengan semua entitas lain—bahkan dengan ormas keagamaan lain—yang berada di sekelingnya sehingga harmoni, kedamaian, dan kesejukan terus tercipta di bumi. Jika begitu, doa Tuhan Yesus, “di bumi seperti di surga”, akan tergenapi.
Lewat intimasi dan interaksi dengan lembaga atau entitas lain, bukankah beban berat yang menjadi tanggung jawab sosial BNKP dan AMIN sebagai ormas keagamaan menjadi ringan?Selamat bekerja dan lebih banyaklah menatap ke luar!