GUNUNGSITOLI ALO’OA, KABAR NIAS – Jalan penghubung Desa Nazalöu Alo’oa dengan Desa Fadoro Yöu di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kota Gunungsitoli, yang berjarak dua kilometer sudah lima tahun rusak dan tidak kunjung ada perhatian pemerintah walau setiap tahun menjadi priorotas utama pada pengusulan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di tingkat kecamatan itu. Masyarakat setempat gotong royong memperbaikinya.
Emanueli Mendröfa, warga Desa Fadoro Yöu yang turut bergotong royong kepada Kabar Nias, menyebutkan kegiatan gotong-royong yang mereka lakukan ini merupakan bentuk solidaritas masyarakat membangun daerah. Semua yang bekerja tidak diberi upah. Sementara bahan material yang digunakan difasilitasi Dewan Pimpinan Cabang Lembaga Pemberdayaan Masyrakat (DPC LPM) Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. “Kami beri tenaga, DPC LPM yang menyediakan bahan, seperti semen, pasir, dan batu”.
Jalan yang terakhir dibangun sekitar delapan tahun lalu itu sudah mulai rusak sejak tahun 2011. Kerusakan lebih parah di jalan yang mendaki. Dampaknya, harga kebutuhan pokok melonjak dan komoditas masyarakat menurun.
Untuk diketahui, Jarak Fodoro Yöu dengan pusat kecamatan hanya empat kilometer. Harga karet di kecamatan sekilo Rp 7.300, sedangkan di desa tempat tinggal Emanueli hanya Rp 6.900. Perbedaan itu terjadi karena penambahan biaya pengangkutan.
“Menuju desa kami tidak hanya jalan yang rusak, ada juga Sungai Sowu sampai sekarang jembatannnya belum dibangun. Untuk mengangkut getah karet lebih banyak sepeda motor. Kalau truk atau pikap jarang ke sana,” ujarnya.
Terkait jembatan, Sekretaris Desa Nazalöu Alo’oa Ikuti Harefa mengatakan, pengusulan jalan dan pembangunan jembatan itu tidak hanya melalui musrenbangdes diusulkan bahkan setiap ada pertemuan di kecamatan dan kota selalu mereka suarakan. Namun, baru sebatas janji yang sudah terealisasi.
“Pembangunan jalan baru ada tahun 2014, jalan penghubung Kota Gunungsitoli dengan kantor kecamatan. Itu hotmix, tetapi itu pun putus kontrak. Adapun pemeliharaan jalan ini entah kapan diperhatikan”.
“Minggu ketiga Februari lalu, dua desa ini sudah mengusulkan agar jalan ini dan jembatan segera dibangun. Itu prioritas utama. Dan saat musrenbang kecamatan, itu juga nomor satu pengusulannya setiap tahun. Semoga pengusulan terakhir ini segera terealisasi,” kata Ikuti.
Jika cuaca tidak mendukung, warga Desa Fadoro Yöu untuk datang ke kantor camat mengurus surat-surat terpaksa melalui Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias, dan jarak yang ditempuh sejauh 25 kilometer. Harapan mereka, pimpinan yang baru dilantik ini dapat melirik dan mendengar keluhan mereka ini.
Camat Alo’oa melalui Sekretaris Camat Alo’oa Yaminuddin Halawa, yang dijumpai Kabar Nias, membenarkan adanya kerusakan jalan itu dan jembatan tidak kunjung dibangun. Hal itu cukup berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Kalau lewat Hiliduho dengan naik kendaraan, jalan kaki dari Fadoro melewati Nazalöu, lebih cepat yang jalan kaki. Tapi medannya cukup menguras tenaga,” kata Yaminuddin.
“Sudah tiga tahun berturut-turut pada musrenbang kecamatan usulan itu nomor urut satu. Tapi jawaban yang selalu kami terima, tidak mampu dan tidak mampu diusulkan ke provinsi,” kata Yaminuddin.
Untuk tahun ini, usulan itu pihaknya telah menyampaikan di tangan forum komunikasi SKPD dan musrenbang kota. [knc02w]