Liburan ke Nias kali ini bisa jadi liburan yang berbeda daripada biasanya. Saat ini, di Kota Gunungsitoli, penjual duren khas Nias yang terkenal lezat itu sudah berjubel menjajakan dagangannya di beberapa trotoar dan kaki lima pertokoan.
Hmmm….. aroma duren nias itu bagai fokasi bagi setiap pengunjung “Kota Samaeri”. Para wisatawan menjadi kesengsem, jatuh hati, dan mampir untuk segera mencicipi duren yang matang dari pohon tanpa dikarbit itu.
Pantauan Kabar Nias sepanjang hari Sabtu (18/7/2015) trotoar dan kaki lima pertokoan di Jalan Diponegoro kiri dan kanan dipenuhi penjual buah durian dan pembeli. Duren yang dijajakan ada yang mentah dan ada yang matang. Pembeli bebas memilih.
Kedatangan buah duren dari luar Kota Gunungsitoli dimulai seminggu terakhir. Diperkirakan musim duren ini masih berlangsung hingga dua minggu ke depan.
Tak salah, mumpung masih ada waktu liburan tersisa, segera terbang ke Gunungsitoli dan menikmati suasana sejumlah wisata pantai sambil menikmati buah duren khas Nias.
Kebanyakan duren kali ini datang dari Kecamatan Hiliserangkai, Kabupaten Nias; juga dari Simanaere, Gunungsitoli Selatan; dan Humene, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi. Informasi dari para penjual, panen buah durian di Nias hanya sekali dalam setahun menjelang Juli dan Agustus.
Selain dijual per buah, ada juga yang menampung di Kota Gunungsitoli untuk diolah menjadi dodol durian.
“Saya dari dari Desa Hilizia. Ini durian milik sendiri dan sebagian dibeli dari warga. Langsung saya bawa dan jual di Kota Gunungsitoli,” ujar Yasona Mendröfa, yang mengaku sudah menjual 50 butir durian miliknya sepanjang hari Sabtu.
Harga per butir saat ini masih sekitar Rp 10.000. “Namun, jika sudah menjelang malam, harganya akan pasti turun. Prinsipnya, kalau sudah malam dan dagangan durennya masih sisa, biasanya saya akan turunkan harga, yang penting tidak rugi saja,” ujar Yasonna yang mengatakan menjual durian miliknya dengan harga modal saja pada waktu malam, sekitar Rp 5.000-6.000.
Tambah Penghasilan
Musim durian ini selain menjadi berkah bagi para wisatawan, juga merupakan rezeki bagi warga. Sejumlah penjual duren mengaku ekonominya sedikit terbantu dengan penjualan duren. Apalagi dalam kondisi harga karet yang turun drastis serta harga barang yang melambung tinggi.
Yasonna alias Ama Dedi mengaku mendapatkan keuntungan Rp 250.000 dalam sehari. “Lumayanlah, bisa menambah pendapatan. Sehari saya bisa menjual 50 butir durian di Kota Gunungsitoli ini. Saya sudah dua hari memulainya, sebelumnya di kampung,” ujar Yasona sambil melayani pembeli, seorang wisatawan asal Medan.
Menurut Yasonna, puluhan truk berisi buah durian dari Hiliserangkai, sejak Jumat, sudah diangkut ke Gunungsitoli dan sebagian dibawa ke Sibolga.
Penjual lain yang berada di sekitar RSUD Gunungsitoli, di belakang BRI Cabang Gunungsitoli, Ina Eri Zebua, mengaku seminggu ini dari hasil penjualan buah durian pendapatan mereka meningkat.
Duren Nias Memang Lezat
Salah seorang pembeli, Herdin Telaumbanua, mengatakan buah durian yang tengah dikonsumsinya cukup lezat dan enak.
Kelezatan duren Nias sudah teruji. Banyak orang luar Nias mengakui bahwa duren Nias memang berbeda dengan duren lainnya di daerah lain. Mantan Ketua Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widoyoko salah satunya.
“Wah, duren Nias memang enak. Sayang, saya datang saat musim durennya sudah mau selesai,” ujar Danang saat datang ke Nias bersama Nias Bangkit ketika itu, pada 2011.
Hal yang sama disampaikan Abdullah Dahlan, peneliti ICW, dan Hanif Suranto, Wakil Direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), yang menikmati duren nias suatu malam di trotoar Lapangan Merdeka, Kota Gunungsitoli, 7 Desember 2011.
Danang, Abdullah, dan Hanif datang ke Nias untuk mengisi acara seminar antikorupsi dalam memperingati Hari Antikorupsi Sedunia sekaligus memberikan pelatihan kepada sejumlah wartawan di Nias tentang modus korupsi APBD yang diselenggarakan oleh media online Nias Bangkit.
Jaga Kebersihan
Herdin Telaumbanua, kepada Kabar Nias menyampaikan, agar setiap pedagang duren di Kota Gunungsitoli tetap memperhatikan kebersihan. Sebaiknya kulit dan biji duren harus tetap dikumpulkan jangan sampai berantakan.
“Ini akan mengganggu pemandangan jika kulit duren dibuang sembarangan. Seharusnya kulit duren ini bisa dikelola menjadi pupuk,” ujar Herdin sambil menikmati lezatnya duren nias.
Jadi, sebelum musim liburan berakhir dan musim duren berlalu, mari ketemuan di Nias saja Yuk….. [knc02w]
Mantap…. dah pengen pulang aja nih….wow !
Duren Nias memang tak ada duanya.
Asal ga sakit asam urat dan darah tinggi… Boleh makan sesukanya, sepuasnya 🙂
Di kita, duren suka dicampur dengan tuo mbanua (tuak dari pohon aren). Konon itu jadi penyebab tekanan darah mendadak tinggi.