GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Untuk mendeteksi penyakit kronis diabetes melitus, hipertensi, ginjal kronik, dan jantung koroner, Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS) mengajak semua peserta menggunakan penapisan (screening) secara online. Aplikasi yang diberi nama BPJS Kesehatan Mobile ini secara serentak diluncurkan di seluruh Indonesia, Rabu (1/2/2017), dengan harapan setiap instansi dapat mengetahui tingkat kesehatan pegawainya.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Gunungsitoli Rudhy Suksmawan Hardhika saat temu pers di aula Lasara Point Restaurant Jl Karet No 58 Kota Gunungsitoli yang dihadiri wakil dari dinas kesehatan dan dinas pendidikan di 4 kabupaten dan 1 kota yang ada di Pulau Nias.
“Screening atau penapisan riwayat kesehatan dengan penambahan fitur di aplikasi BPJS kesehatan. Hari ini secara serentak diluncurkan dan diadakan temu pers seluruh Indonesia,” kata Rudhy.
Dipaparkan Rudhy, kegunaan fitur baru ini untuk memudahkan peserta BPJS mengetahui tingkat penyakit yang dideritanya.
“Pengalaman selama ini, baru berobat ketika penyakit sudah parah dan cara pengobatannya pun berisiko tinggi. Cara menggunakannya, pemilik gawai Andoid mengunduh melalui Play Store. Kemudian ikuti petunjuk penggunaan dan untuk menjawab sejumlah pertanyaan secara jujur,” tambah Rudhy.
Lanjut Rudhy, fitur baru ini merupakan manfaat pelayanan secara promotif dan preventif (pencegahan) sebagaimana tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan kedua Perpres No 12 tahun 2013.
“Bagi yang tidak memiliki akses internet dapat mengunakan secara manual. Nanti berkasnya akan kami kirim melalui puskesmas”.
Khusus pengguna gawai setelah mengisi 47 pertanyaan yang ada—dengan menjawab secara jujur atas kebiasaan aktivitas sehari-hari, penyakit yang pernah diidap, riwayat penyakit keluarga dan pola makan. Akan muncul secara otomatis penapisan kesehatan dan solusi apa yang akan ditawarkan.
“Jika hasil penapisan menunjukan risiko rendah, fitur ini akan menyarankan menjaga pola hidup sehat dan melakukan latihan fisik minimal 30 menit setiap hari. Namun, bila risiko tinggi akan memperoleh legalisasi atau nomor skrining untuk mengunjungi fasilitas kesehatan tingkat pertama. Tentu kalau sudah mengetahui, proses pengobatan ditanggung oleh BPJS,” kata Rudhy.
“Efek jangka panjang fitur ini menurunkan pembiayaan keempat penyakit kronis dapat menurun. Program JKN-KIS dapat terus berjalan memberikan manfaat kepada peserta yang membutuhkan,” ujar Rudhy.
Peserta BPJS secara nasional sampai 12 Januari 2017 mencapai 172.620.269 orang. Sementara khusus di Pulau Nias baru 75 persen dari jumlah total penduduk yang ada. Sepanjang tahun 2016, penderita diabetes melitus terdapat 702.944 orang yang berisiko rendah, 36.225 orang (sedang) dan 651 orang (tinggi).
Penderita penyakit hipertensi yang berisiko rendah 632.760 orang, sedang 104.967 jiwa dan tinggi 2.093. Ginjal kronik penderita risiko rendah 715.682 orang, sedang 23.307 orang dan risiko berat 831 serta penyakit jantung koroner dengan diagnosis rendah 680.172 orang, sedang 57.692 orang dan risiko tinggi 1.956 orang.
Malu Berobat
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nias Martin Harefa mendorong seluruh masyarakat menggunakan aplikasi skrining riwayat kesehatan yang baru diluncurkan BPJS. Pengalaman selama ini, biasanya masyarakat merasa malu berobat walau secara gratis. Penyakit kronis ini mulai dialami pada umur 40 tahun ke atas, faktor utama pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur.
“Masyarakat malu memeriksa kesehatannya, ada rasa ketakutan jika orang lain mengetahui penyakitnya. Takut jika dilarang mengonsumsi bahan makanan tertentu,” kata Martin.
Sementara Manajer KSP3 Nias Yusuf Lase mengakui dari 25 cabang koperasi yang mereka pimpin di Pulau Nias dengan jumlah pegawai mencapai 200 orang telah menjadi anggota BPJS sejak 2 tahun yang lalu. Dengan aplikasi baru ini, dia meminta pengelola menjadwalkan untuk sosialisasi.
“Saya meminta agar ada sosialisasi kepada pegawai kami, program BPJS memang banyak manfaatnya dan juga masih ada kendala,” kata Yusuf. Mendengar itu, Rudhy meminta kendala yang dialami peserta BPJS didiskusikan secara pribadi. [knc02w]