GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS – Tuntutan mahasiswa direspons oleh Yayasan Perguruan Tinggi (Yaperti) Nias dan Rektorat Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli dengan berjanji akan segera melengkapi sarana, seperti kursi dan wi-fi, pada Maret dan April 2016.
Hal itu disampaikan Rektor IKIP Gunungsitoli Bezisökhi Laoli kepada mahasiswa yang berunjuk rasa saat mediasi yang difasilitasi oleh Kepala Kepolisian Resor Nias AKBP Bazawatö Zebua, Sabtu (20/2/2016), di depan Kantor Rektor IKIP Gunungsitoli Jl Yos Sudarso Km 3, arah Pelabuhan Angin Gunungsitoli.
“Pengadaan kursi sudah dilakukan melalui rekanan dan baru siap sekitar Maret 2016. Sementara pengadaan wi-fi, sudah ada kontrrak kerja dengan cabang Siantar. Namun, kendalanya rekanan baru mengurus surat izin dari Dinas Pekerjaan Umum untuk memasang kabel. Selain itu, jalur optik masih proses pengerjaan. Diperkirakan dapat dimanfaatkan April mendatang,” kata Bezisökhi menjawab tuntutan mahasiswa.
Ditambahkan Ketua I Yaperti Nias FG Martin bahwa dibutuhkan proses dan waktu sedikit lagi untuk melengkapi infrastruktur pendukung perkuliahan di IKIP Gunungsitoli.
“Pihak yayasan telah menyetujui APB IKIP pada November 2015, tetapi pengadaan fasilitas berupa kursi dan lainnya butuh proses lelang. Oleh karena itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, hal ini direalisasikan,” ujarnya FG Martin.
Tidak Boleh Alergi
FG Martin dalam kesempatan itu, menyatakan, sebaiknya pihak kampus dan yayasan tidak perlu emosi dan alergi menanggapi aksi mahasiswa. “Ini merupakan cara membangunkan kami dari alam tidur dan menguatkan saat lemah,” ujarnya disambut riuh tepuk tangan pengunjuk rasa.
Ia mengaku tidak sepakat dengan intimidasi terhadap mahasiswa yang berdemo yang dilakukan oleh pihak tertentu dalam kampus.
“Sejak 2013, mahasiswa mendesak rektorat melengkapi fasilitas, tetapi tidak pernah terwujud. Malah mahasiswa diintimidasi dengan memberikan nilai rendah. Ini tidak menyelesaikan masalah,” ujar Ketua Panitia Pengusulan Universitas Negeri Nias itu.
Dalam mediasi tersebut, mahasiswa mendesak pihak yayasan dan rektorat untuk segera melengkapi semua peralatan perkuliahan. Mereka menyampaikan bahwa mereka tidak jarang harus berebuatan kursi terlebih dulu untuk bisa mengikuti perkuliahan.
Segera Lengkapi
Kondisi sarana di kampus IKIP Gunungsitoli mendapat perhatian dari AKBP Bazawatö Zebua. “Jika mahasiswa harus rebutan kursi sebelum kuliah dimulai, bagaimana mutu pendidikan kita harapkan semakin baik? Mahasiswa tentu tidak mungkin duduk di lantai saat kuliah. Ini juga menyangkut nama baik atau citra dari IKIP Gunungsitoli. Untuk itu, karena itu kebutuhan mendasar, ya, harus diperhatikan,” ujar Bazawatö.
Bazawatö berharap, pihak rektorat dan yayasan segera memenuhi tuntutan mahasiswa. Ia juga berharap agar mahasiswa tetap mematuhi rambu-rambu dalam menyampaikan pendapat serta tidak boleh anarkistis.
“Dari semua tuntutan mahasiwa, yang dapat kami (Polres Nias) tangani hanya masalah korupsi yang sudah dilaporkan. Tuntutan lain, tentu kita berharap kepada yayasan dan rektorat segera merealisasikannya agar komunikasi baik,” ujarnya.
Pengamatan Kabar Nias, fasilitas berupa kursi saat ini di IKIP Gunungsitoli banyak yang tidak layak pakai. Selain sudah lanjut usia, banyak yang rusak total dan patah. Kursi yang layak pakai tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang mencapai 3.000 orang.
Di ruangan jurusan Matematika, dekat dengan Pos Satpam, misalnya. Mahasiswa dalam satu ruangan mencapai 50 orang, sedangkan kursi hanya 20 buah.
Selain pengadaan kursi, mahasiswa yang tergabung dalam Forum Pemerhati Mahasiswa IKIP Gunungsitoli, itu menuntut pengadaan wi-fi kampus, pengadaan laboratorium, serta transparansi anggaran. Mahasiswa juga terus menuntut agar program studi yang ada di IKIP Gunungsitoli dinaikkan dari C menjadi akreditasi B. Tuntutan ini, menurut Aster, koordinator aksi, bukanlah hal yang baru mereka sampaikan.
“Oktober 2015, saat kami aksi, rektor berjanji paling terlambat akhir Januari 2016 semua tuntutan mahasiswa segera dipenuhi. Tapi, kenyataannya semua tinggal janji. Saat ini kami menagih janji itu. Aksi ini sejak 2013 yang lalu, yayasan dan rektor hanya berjanji yang akhirnya mati suri,” ujarnya.
Para pengunjuk rasa juga mendesak Yaperti Nias dan Rektor IKIP Gunungsitoli mengeluarkan salah seorang dosen berinisial AZ yang mengintimidasi mahasiswa serta menyuruh mahasiswa lain memukuli pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa lainnya, Petrus Waruwu, mengatakan, janji yang selalu meminabobokan mahasiswa tidak pernah direalisasikan malah yang terjadi intimidasi dan menekan mahasiswa dengan memberikan nilai rendah.
Akreditasi
Terkait akreditasi delapan jurusan di IKIP Gunungsitoli, hingga sekarang masih akreditasi C. Kedelapan jurusan itu adalah Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) memiliki jurusan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) dengan jurusan Matematika dan Biologi. Kemudian Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) memiliki jurusan PPKN dan Pendidikan Ekonomi (PEK). Lalu Fakultas Pendidikan Teknik (FPTK) dengan jurusan Teknik Bangunan serta Fakultas Ilmu Psikologi (FIP) jurusan Bimbingan Konseling (BK).
“Sudah lama pembentukan tim pengusulan akreditasi B, tetapi sampai sekarang belum ada wujudnya. Kampus lain seperti STIE Pembnas Nias bisa cepat memperoleh Akreditasi B, mengapa IKIP tidak bisa? Padahal, IKIP merupakan kampus yang sudah lama dan satu-satunya sumber tenaga pendidik di Pulau Nias,” ujar Warisman Telaumbanua, Sekretaris DPC GMNI Gunungsitoli-Nias.
Mahasiswa berjanji, jika tuntutan mereka tidak digubris juga oleh Yaperti Nias, mereka akan terus memboikot perkuliahan dan terus berunjuk rasa.
“Kami mahasiswa meminta sekarang, tunjukan kepada kami APB IKIP Gunungsitoli agar kami ketahui, berapa banyak kursi yang nsudah dipesan, berapa anggaran pengadaan wi-fi. Berapa banyak komputer dipesan. Mengapa rektor katakan ini tidak bisa diketahui mahasiswa, ada apa di balik ini semuanya? Jika kami tahu sekarang, kami bisa berhenti aksi dan menunggu pengadaannya,” ujar Warisman Telaumbanua.
Dalam mediasi tersebut, Rektor IKIP Gunungsitoli Bezisökhi Laoli menyampaikan bahwa anggaran tidak bisa dibuka kepada publik, termasuk kepada mahasiswa. [knc02w]