Home Featured Komunitas “Open Source” Terbentuk di Pulau Nias

Komunitas “Open Source” Terbentuk di Pulau Nias

0
Komunitas “Open Source” Terbentuk di Pulau Nias
Sekitar 350 siswa-siswi SMA/SMK di Pulau Nias menghadiri Seminar "Narsis With Android" yang menghadirkan pembicara pakar IT Indonesia, Onno W Purbo, Kamis (18/2/2016). —Foto: Efriaman Harefa

GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Diawali dengan keinginan untuk mengenali sistem operasi terbuka (open source), seperti Linux, sebagai alternatif dari Windows, beberapa pemerhati dan aktivis teknologi informasi di Pulau Nias membentuk Nias Go to Open Source (NGOS) serta Google Educator Group. Peluncuran itu ditandai dengan pengadaan seminar bertema “Narcis With Android” di Hall Cendrawasih dengan menghadirkan narasumber pakar IT Indonesia, Onno W Purbo, Kamis (18/2/2016).

Pelaksanaan seminar ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari para siswa SMA/SMK di Pulau Nias, terutama di Kota Gunungsitoli. Sebanyak 350 siswa memenuhi ruangan seminar. Hal itu disampaikan oleh pendiri NGOS, Efriaman Harefa, Minggu (21/2/2016), lewat rilis pers yang dikirimkan ke redaksi Kabar Nias.

“Secara garis besar, NGOS bertujuan melakukan edukasi kepada sekolah-sekolah, baik itu SMK maupun SMA, tentang sistem operasi Linux sebagai sistem operasi alternatif selain dari Windows,” ujar Efriaman yang bekerja sebagai staf di SMA Negeri 1 Gunungsitoli.

Sebenarnya, kata Efriaman, banyak pelajar di Nias yang sudah menggunakan sistem operasi Linux tanpa mereka sadari, yaitu dengan banyaknya pengguna Android di kalangan pelajar sebagai bahan informasi. Untuk diketahui, Android adalah sistem operasi di telepon seluler yang dibuat dengan menggunakan Linux.

Dijelaskan Efriaman, NGOS lahir dari terinspirasinya gerakan Open Source yang telah lama dicanangkan oleh pakar IT Indonesia, Onno W Purbo. “Diharapkan dengan adanya gerakan NGOS, para pelajar yang ada di Nias akan menjadi lebih mandiri dan berdaulat dalam penggunaan sistem operasi, tanpa tergantung kepada sistem operasi yang mereka gunakan sekarang,” kata Efriaman.

Dalam seminar sehari itu, pakar teknologi Onno W Purbo menyampaikan bahwa dengan menggunakan open source, keuntungan yang akan diperoleh pelajar di antaranya, bisa membuat sistem operasi sendiri sesuai dengan keinginan mereka, misalnya Nias Operating Sistem (NOS).

Baca juga:  Ungguli Petahana, HD-Sanolo Jadi Pemenang di Nias Selatan

Menurut Onno, karena tergolong murah, open source sudah seharusnya menjadi pilihan masyarakat Indonesia. “Sudah saatnya kita melepaskan diri dari ketergantungan dari jaringan internet dari luar negeri. Kita sebaiknya menggunakan server yang ada di Indonesia saja,” ujar alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Diakui Onno W Purbo, acara yang dilakukan Kamis lalu terasa sangat berkesan dan istimewa karena selama beliau berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia, pelaksanaan di Nias yang tergolong ramai. Ia sangat terkesan dengan antusiasme para generasi muda Nias untuk belajar dari teknologi informasi.

Dijelaskan Efriaman, Google Educator Group (GEG) Nias merupakan komunitas pendidik yang saling belajar, berbagi, dan menginspirasi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan siswa melalui solusi teknologi, baik di dalam maupun di luar kelas.

“GEG memberikan platform bagi pengajar untuk berkolaborasi dengan satu sama lain, memungkinkan mereka mengambil ide kreatif baru dari satu sama lain, serta saling membantu dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan siswa menggunakan solusi Google. Informasi ttg GEG Nias bisa diakses di www.gegnias.or.id,” kata Efriaman.

Para pembicara di Open Source
Efriaman Harefa (kanan), pendiri dan penggagas Nias Go to Open Source (NGOS), menyampaikan sambutan dan membuka acara Seminar “Narsis With Android”, Kamis (18/2/2016). Salah satu pembicara dalam seminar itu adalah pakar IT Indonesia, Onno W Purbo (kedua dari kiri).

Pada penutup acara, Efriaman Harefa, mengatakan, acara ini merupakan langkah awal gerakan awal NGOS, akan ada lagi kegiatan kegiatan yang sifatnya edukasi tentang pemanfaatan open source yang lainya.

“Ke depan, kita akan rutin melakukan edukasi dalam bentuk lokakarya (workshop) dan pelatihan kepada para guru dan siswa tentang fitur-fitur yang ada di sistem operasi Linux yang tidak ada di sistem operasi lain. Hal itu, misalnya, bagaimana cara membuat server sentral telepon sendiri seperti Telkomsel. Dengan belajar ini, setiap pelajar akan menjadi tahu bagaimana teknologi operator seluler dibuat,” ujar Efriaman. [knc01r]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.