Home Jurnalisme Warga Pilkada dan Loyalitas Para Punggawa

Pilkada dan Loyalitas Para Punggawa

0
Pilkada dan Loyalitas Para Punggawa

JW-iconOleh Rosa
Lokasi Jakarta


Pilkada di sejumlah kabupaten/kota di Pulau Nias 2015 baru saja berlalu. Melihat hasilnya, di mana 4 dari 5 petahana yang ikut bertarung kalah dalam hal perolehan suara menjadi hal yang menarik untuk kita lihat.

Namun, kali ini saya lebih tertarik untuk membicarakan calon petahana dari Kabupaten Nias Selatan atas nama Saudara Idealisman Dachi karena dari informasi yang selama ini kita dapatkan yang bersangkutan memiliki berbagai program yang sangat populis di tengah masyarakat, seperti pendidikan gratis, kesehatan dengan URC-nya, Istana Rakyat yang kemudian lebih dikenal dengan Kawasan Terpadu IdeaLand-nya, dan berbagai program lainnya.

Dalam logika sederhana saya, mestinya dengan setumpuk program yang katanya pro rakyat itu, Saudara Idealisman Dachi tanpa harus berkampanye sekalipun dapat menang dengan mudah dan dengan selisih suara yang signifikan. Ketika kemudian hasilnya justru sebaliknya, di mana Saudara Idealisman Dachi kalah perolehan suara dari pasangan calon yang lain dengan selisih suara lebih dari 2 persen, saya jadi bertanya, ada apa sesungguhnya yang terjadi?

Sekali lagi, saya tidak ingin masuk ke dalam persoalan program-program Saudara Idealisman Dachi yang katanya pro rakyat itu sebagai faktor yang membuat ia tidak dipilih kembali karena biarlah masyarakat sebagai pihak yang merasakan langsung manfaat dari program-program tersebut yang menilainya.

Saya lebih tertarik membahas kegagalan Saudara Idealisman Dachi dan tim-nya (para punggawa) dari aspek marketing (menjual program-program pro rakyatnya) yang sejatinya menjadi salah satu keunggulan dari Saudara Idealisman Dachi.

Keyakinan ini tentunya tidaklah berlebihan mengingat Saudara Idealisman Dachi cukup lama menggeluti dunia marketing sebelum menjabat sebagai Bupati Nias Selatan. Sebagai calon yang menyandang status petahana, sudah selayaknya dalam proses kampanye, Saudara Idealisman Dachi dan timnya berbicara tentang kisah sukses dari program kerjanya selama ini, sedangkan pada saat yang sama calon lain hanya bisa memberikan janji yang belum tentu dapat direalisasikan kelak jika terpilih.

Bertolak dari kondisi di atas, kemudian saya melihat sepertinya ada kesalahan pada tim yang mengelilingi Saudara Idealisman Dachi yang tidak mampu menjual dengan baik semua program kerja yang sudah dilakukan oleh Saudara Idealisman Dachi selama ini.

Di lapangan, kita melihat tim suksesnya hanya asyik membeo pada apa yang diteriakkan oleh Saudara Idealisman Dachi seperti “Dipilih Tidak Dipilih Saya Pasti Menang, Catat Itu!” Itu mestinya hanya sebagai slogan pembakar semangat yang harus diterjemahkan lebih lanjut oleh tim sukses di lapangan dengan memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang maksud dari kalimat itu.

Baca juga:  25 Juni, Festival Ya'ahowu Nias 2018 Diluncurkan di Kemenpar

Tim sukses sepertinya juga hanya asyik menjadi “Yes man” di hadapan Saudara Idealisman Dachi sehingga mereka secara membabi buta hanya memberikan laporan yang asal bapak senang (ABS) dan bukan fakta aktual yang berkembang di lapangan sehingga Saudara Idealisman Dachi terkesan berjalan tidak paralel dengan suara yang berkembang di tengah masyarakat.

Demikian juga halnya dengan proses hukum yang saat ini sedang berlangsung di Mahkamah Konstitusi, kita kerap melihat di lapangan di mana timnya terbelah dua, ada yang secara membabi buta berteriak tentang isu kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif, dan pada saat yang sama ada yang berbisik ringan kalau itu hanya sebuah upaya sia-sia belaka karena isu kecurangan itu tidak didukung dengan bukti yang valid karena memang sejatinya kecurangan yang katanya terstruktur, sistematis, dan masif itu hanya isu buatan belaka.

Yang lebih miris lagi, ketika ada pihak yang mengatakan bahwa oknum tim sukses yang saat ini getol berteriak tentang kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif itu sebenarnya hanya sedang menutupi malu mereka atas kegagalan yang ada karena sebelumnya sebagian besar dari mereka telah dengan lantangnya memberikan garansi/laporan kepada Saudara Idealisman Dachi kalau dia hampir pasti akan terpilih kembali.

Namun, nasi sudah menjadi bubur, yang bisa kita lakukan adalah memetik hikmah dari apa yang sudah terjadi. Saya berharap Saudara Idealisman Dachi mulai melakukan evaluasi terhadap tim (para punggawa) yang ada di sekelingnya saat ini, apakah mereka sungguh loyal, jujur, dan militan dalam bekerja atau hanya sekadar menjadi benalu dan aji mumpung. Karena sudah menjadi rahasia umum, jika saat ini ada beberapa oknum yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Saudara Idealisman Dachi mulai mencari jalan untuk mendekatkan diri ke pasangan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi perolehan suara oleh KPUD Nias Selatan.

Selanjutnya untuk para punggawa (tim sukses) yang ternyata sudah gagal mengantarkan Saudara Idealisman Dachi terpilih kembali menjadi Bupati Nias Selatan agar dengan jujur melakukan refleksi dan berhenti menjerumuskan Saudara Idealisman Dachi dengan memberikannya informasi dan saran yang tidak semestinya sehingga ia kehilangan sifat kenegarawanannya dalam menghormati hasil dari sebuah proses demokrasi yang telah berlangsung baik, lancer, dan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku tanpa menafikan segala kekurangan yang ada. (Rosa, Pemerhati Nias Selatan, Tinggal di Jakarta)


Anda ingin menulis Jurnalisme Warga? Klik disini • Penyangkalan Jurnalisme Warga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.