GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Setelah mendapat perawatan intensif dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli, pelaku penikaman terhadap 10 penumpang di Kapal Belanak, Talimböwö Laia, pada Jumat (11/3/2016), akan segera diperiksa kondisi kejiwaannya di RS di Medan. Adapun biaya perawatan para korban sepenuhnya ditanggung oleh PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Gunungsitoli.
“Pelaku harus diperiksa kondisi kejiwaannya. Untuk hal itu, pelaku kami rujuk dibawa ke RS di Medan karena di RSUD Gunungsitoli tidak ada dokter spesialis jiwa. Apa yang dialami pelaku, kita tidak bisa menduga-duga, apakah gangguan jiwa atau halusinasi, atau kerasukan. Tentu yang berhak mengeluarkan pendapat itu adalah psikiater atau spesialis penyakit jiwa,” ujar dr. Hotman Purba, di ruang kerjanya di RSUD Gunungsitoli, Kamis (17/3/2016).
Untuk diketahui, sejak kejadian Jumat (11/3/2016), pelaku bersama 10 korban dirawat di RSUD Kota Gunungsitoli. Pelaku saat itu sempat tak sadarkan diri dan terluka akibat dipukul massa setelah diamankan sesaat melakukan penikaman terhadap para korban. (Baca: Mengamuk di Kapal Belanak, Seorang Penumpang Lukai 10 Orang)
Salah seorang petugas dari Polres Nias yang menjaga pelaku, kepada Kabar Nias, Kamis, mengatakan, pihaknya akan segera membawa pelaku ke Medan guna pemeriksaan kejiwaan.
“Setelah itu baru yang bersangkutan dimintai keterangannya. Hingga kini, keluarga belum datang menjenguk,” ujarnya.
Mimpi Ditampar Orang
Kepada Kabar Nias, Talimböwö mengaku sangat menyesali perbuatannya. Ia menyerahkan sepenuhnya kasus ini ditangani oleh kepolisian. Saat Kabar Nias menanyakan apa motif dirinya sehingga melakukan penikaman, Talimböwö mengaku tidak sadar dan hanya sedang bermimpi.
Saat wawancara dengan Kabar Nias, pelaku tidak banyak bicara dan memilih banyak diam. Ia sekali-sekali merintih kesakitan. Bagian tulang rusuk kanannya masih terasa sakit, diduga akibat bekas pukulan massa.
Saat kejadian itu, kata Talimböwö, ia bermimpi dan melihat seseorang yang berpakaian putih menampar pipi kiri dan kanannya. Kemudian dia mengejar orang yang menamparnya itu menggunakan sebilah pisau.
“Saat itu, saya tidur terlelap di atas kapal, tiba-tiba mimpi ada seseorang yang menampar pipi kiri dan kananku. Lalu aku mengambil pisau, yang biasa dipakai untuk memotong biji pinang, lalu aku mengejar dia. Setiap kali aku menangkapnya dan mau kutusuk, tahunya yang kena penumpang yang lagi tidur. Setelah saya ditahan, saya tidak sadarkan diri,” kata Talimböwö sambil memperagakan cara menikam.
Pengakuan Talimböwö, ia sudah lama merantau menjadi buruh di PT Harapan di daerah Pasaman, Padang, Sumatera Barat. Pada saat kejadian, ia hendak pulang ke Kecamatan Amandraya, Nias Selatan, menjumpai istri dan anaknya. Dia pun mengaku, sampai sekarang keluarganya belum menjenguknya.
Ditanggung PT ASDP
Pantauan Kabar Nias, 6 dari 10 korban penikaman telah diperbolehkan pulang ke rumah. Para korban yang masih berada di ruang perawatan RSUD Gunungsitoli sebagian sudah melewati masa kritis dan tinggal menjalani proses penyembuhan.
Pada Selasa (15/3/2016) malam, Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry menjenguk para korban dan pelaku bersama Bupati Nias Sökhi’atulö Laoli sambil menyerahkan tanda kasih. Hingga kini korban yang masih dirawat tersisa empat orang.
“Biaya perawatan dan pengobatan korban serta pelaku di RSUD Gunungsitoli ditanggung ASDP Gunungsitoli. Mereka akan membayar sesuai perda setelah pihak RSUD mengklaim,” kata Hotman. [knc02w]
Jika pelaku sakit jiwa berarti bisa lolos dari hukuman.