TELUKDALAM, KABAR NIAS — Prihatin dengan kondisi penggunaan li Niha atau bahasa Nias yang semakin mengalami penurunan di tengah masyarakat ono niha, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Nias Selatan bekerja sama dengan komunitas WikiNias menggelar sebuah seminar via aplikasi Zoom bertemakan “Revitalisasi Bahasa Nias: Ejaan dan Tantangannya”. Webinar ini akan digelar pada 20 Mei 2021 pukul 13.00 bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Koordinator STKIP, STIE, dan STIH Nias Selatan Dr. Sitasi Zagötö menyatakan bahwa pelaksanaan webinar ini sangat penting dan merupakan bentuk kecintaan terhadap pelestarian dan pengembangan bahasa Nias. “Kami dari Yayasan Pendidikan Nias Selatan, yang manaungi STKIP, STIE, dan STIH, terutama Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Nias Selatan, merasa ini sangat penting untuk bisa meningkatkan kepedulian masyarakat Nias untuk mencintai bahasa ibunya dan merawatnya,” kata Dr. Sitasi beberapa waktu lalu lewat pertemuan dalam aplikasi Zoom.
Untuk pelaksanaan webinar ini, STKIP Nias Selatan menggandeng komunitas Wikipedia Nias, yang saat ini terus bekerja untuk mendigitalkan bahasa Nias, dan Kabar Nias sebagai media partner. “Ini berawal kegelisahan bahwa penulisan bahasa Nias di berbagai media sosial bahkan di plang-plang kantor pemerintahan sudah tidak sesuai ejaan lagi, misalnya Somölö-mölö masih ditulis dengan Somolo-molo. Anak-anak milineal masih menulis gulö dengan gulo atau dengan menggantikan huruf ö dengan angka 6. Tidak hanya itu, saat ini anak-anak Nias sudah tidak bisa berbicara dengan lancar menggunakan bahasa Nias. Ini tentu menjadi kemunduran bagi bahasa Nias,” kata Rebecca Laiya, yang didaulat sebagai ketua panitia pelaksana Webinar ini.
Sementara itu, dengan semakin berkembangnya teknologi, di masa yang akan datang bahasa Nias berpeluang untuk bisa dijalankan dalam Google Asisstant. Dengan sudah diterimanya bahasa Nias sebagai salah satu bahasa resmi di Wikimedia, tak tertutup kemungkinan ke depan, Google sudah bisa mengenali instruksi yang dituturkan dengan bahasa Nias.
“Misalnya saja, kita bisa tanya Google, ‘He Google, hadia dalu-dalu wa’aukhu’. Maka, Google pun langsung mengeluarkan semua data terkait penyakit demam. Atau misalnya, ingin bertanya kepada Google, ‘Google, ha’uga mböli gitö iada’e, hawa’ara sibagania u’amawa gitögu‘. Google pun bisa langsung menyediakan informasi harga karet dan bisa memberi saran kapan seharusnya menjualkan karet. Ini hanya contoh.” Begitu disampaikan oleh Sirus Laia, salah seorang pegiat dalam digitilisasi bahasa Nias.
Peraturan mendagri
Salah satu pemerhati budaya Nias, Doni Kristian Dachi, mengungkapkan bahwa ada kendala pengembangan bahasa Nias, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi yang melarang penggunaan diakritik pada penulisan nama geografi di peta. “Kita berharap peraturan yang sangat merugikan pengembangan bahasa Nias ini bisa kita perjuangkan supaya ditinjau ulang,” ujarnya dalam pertemuan persiapan acara ini.
Pelaksanaan webinar ini akan mendatangkan pembicara, yaitu Dr. Sitasi Zagötö dan Sirus Laia. Adapun penanggap diharapkan dari setiap unsur pemerintahan dari empat kabupaten kota yang diharapkan kelak bisa mempertimbangkan pembuatan sebuah peraturan daerah yang bertujuan melestarikan dan mengembangkan bahasa Nias.
Sekretaris panitia, Impiani Zagötö, menyampaikan, karena tempat Zoom terbatas, calon peserta diharapkan segera mendaftarkan diri lewat formulir yang disediakan panitia dengan mengklik tautan ini: PENDAFTARAN WEBINAR BAHASA NIAS (Apose)