TELUKDALAM, KABAR NIAS — Warga Desa Hili’orodua, Kecamatan Lahusa, Faoziduhu Ndruru (47), tewas dikeroyok. Pelakunya yang merupakan tetangga korban masih belum ditangkap oleh pihak Kepolisian Sektor Lahusa. Diduga korban dibunuh karena sengketa perbatasan tanah dengan para pelaku. Peristiwa naas tersebut terjadi pada Selasa (21/3/2017) disaksikan anak-anak korban. Sebagai protes, karena pelaku belum juga ditangkap, keluarga menyemayamkan jenazah di tengah jalan raya di depan rumah korban.
Menurut salah seorang anak korban, Sri Ndruru, kejadian tersebut bermula dari sengketa tanah. Masalah tanah itu sebenarnya sedang ditangani dan dimusyarawarahkan di tingkat desa. Pertemuan di tingkat desa itu dihadiri oleh istri pelaku.
“Saat musyawarah di desa kami tidak izinkan ayah saya hadir karena kami sudah dengar isu sebelumnya, pelaku akan melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap ayah,” ungkap Dedesri saat ditemui oleh beberapa awak media di kediamannya, Jumat (24/3/2017).
Dilanjutkan Sri, Tidak lama setelah pertemuan di balai desa, salah seorang pelaku mengajak korban melihat batas tanah yang menjadi sengketa tersebut. Tanpa merasa curiga, korban pun menuruti ajakan para pelaku. Setelah sampai di lokasi para pelaku langsung menarik korban dan menghujaninya dengan sejumlah tikaman ke tubuh korban hingga tewas.
“Kejadianya sekitar pukul 6 petang. salah seorang dari pelaku memanggil ayah saya untuk melihat perbatasan tanah itu. Setelah sampai di lokasi para pelaku langsung menghampiri ayah saya. Ada yang mencekik lehernya dari belakang, ada yang pegang tangan dan terus ditikam di depan saya. Setelah ayah saya jatuh, salah seorang dari pelaku mengahampiri saya dan mengatakan, ‘Apa lagi yang kamu lihat bapakmu sudah mati’,” ujar Sri menirukan ucapan salah seorang pelaku.
Tidak puas dengan senjata tajam, korban yang sudah tidak berdaya, pelaku juga menendang bagian dada dan alat vital korban. Sri menyampaikan, kejadian tersebut langsung saya lihat dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Saat kejadian, saya tidak teriak karena takut saya akan dibunuh juga. Setelah pelaku membunuh ayah saya, saya berlari sambil meminta tolong kepada warga,” katanya sambil berurai air mata.
Sebelum korban dimakamkan, jenazah korban sempat disemayamkan di tengah jalan karena kecewa pelaku belum juga ditangkap, “Saya berharap pelaku dapat ditemukan dan diberi hukuman yang setimpah seperti yang dialami oleh ayah saya,” ujarnya.
Sri menyampaikan, keluarga memutuskan, sebelum pelaku ditemukan, korban tidak akan dikubur. “Kami tidak akan kubur sebelum pelaku ditemukan” tuturnya
Setelah kejadian, menurut keluarga korban, para pelaku masih berkeliaran dan pihak kepolisian tidak mau menangkap. “Secara pribadi, saya kecewa dengan pihak kepolisian. Waktu itu, saat mereka turun ke lokasi kejadian, pihaknya tidak mau menangkap,” ujarnya.
Dari pernyataan anak korban, pelaku ada 10 orang dan seorang di antaranya diduga pegawai negeri sipil pada salah satu instansi Pemkab Nias Selatan. Kejadian tersebut telah dilaporkan di Polsek Lahusa dan sampai saat ini pelaku belum ditemukan. [knco5]
Masih saja tega menghilangkan nyawa orang lain hanyan karena ‘ola kabu’ (batas kebun). Sekarang apa yang Anda tanam, kamu tunai, 20 tahun paling tidak nginap di hotel prodeo. Jika sekarang umurmu 40, kau bebas usia 60-an. What’s a life.