GUNUNGSITOLI, KABAR NIAS — Jurnalis dan pemerintah daerah harus bersinergi dalam membangun Kota Gunungsitoli dalam kerangka slogan Kota Gunungsitoli adalah “Rumah Kita”. Selama ini, ada banyak wartawan yang meliput suatu kegiatan pemerintah, tetapi tulisan yang ada hanya sedikit. Bahkan, hasil konfirmasi itu hanya dimuat melalui media sosial seperti berupa Facebook atau blog.
Wali Kota Gunungsitoli Lakhömizaro Zebua mengatakan hal itu saat temu pers di aula Samaeri lantai II Kantor Wali Kota Gunungsitoli di Jalan Pancasila, Desa Mudik, Jumat (29/4/2016).
“Selama ini, saya lihat begitu banyak wartawan dan termasuk saat temu pers ini. Wartawan banyak, tetapi tulisan kurang. Saya hanya banyak melihat di Facebook. Coba kita lihat dengan temu pers hari ini apakah banyak media massa yang menulis atau tidak,” ujar Lakhömizaro yang kemudian Kepala Bagian Humas Kota Gunungsitoli Jasniati mengatakan bahwa jumlah wartawan yang meliput sebanyak 75 orang. Hal ini disambut tawa oleh wartawan yang hadir,” ujarnya.
Menurut Lakhömizaro, salah satu penunjang percepatan pembangunan adalah peran serta peran media massa lewat para wartawan yang menulis berita. Ia meminta media massa tidak lagi terbawa-bawa kondisi pemberitaan saat pemilihan kepala daerah (pilkada) beberapa waktu yang lalu.
“Saat pilkada, media massa cenderung memihak kepada beberapa calon kepala daerah. Kami harapkan wartawan bekerja dengan profesional dan bisa bersinergi dengan pemerintah untuk membangun Kota Gunungsitoli,” ujarnya.
Diingatkan Lakhömizaro, wartawan harus menjunjung tinggi kode etik jurnalistik dan tidak membuat berita tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Ia juga meminta setiap media massa memberikan ruang untuk hak jawab kepada siapa pun yang merasa dirugikan.
Ia menyatakan Pemerintah Kota Gunungsitoli selalu terbuka kepada semua elemen masyarakat. Hanya jika pimpinan SKPD punya pekerjaan yang tidak boleh ditunda dan tidak sempat melayani konfirmasi, para wartawan diminta memaklumi.
“Memang mencari berita berharap segera ada konfirmasi. Namun, semoga itu tidak menjadi penghambat pekerjaan kepala dinas. Betapa sakit jika pekerjaan Anda selesai dan pekerjaannya (kadis) tidak selesai,” ujar Lakhömizaro.
Beberapa wartawan membantah pernyataan Wali Kota Gunungsitoli. Selama ini, para wartawan tidak menulis program kerja wali kota karena Humas Kota Gunungsitoli kurang kooperatif. Selain itu, ketiadaan anggaran koran di setiap SKPD juga dinilai menjadi penyebab minimnya berita terkait program pemerintah.
“Karena anggaran koran tidak ada, kami tidak mau menulis berita pemerintah kota selama ini. Yang kami tulis hanya berita pengusaha saja,” ujar salah seorang wartawan dari media terbitan Jakarta. [knc02w