Trans-Nias dan Pariwisata Nias Raya

MEMBANGUN NIAS RAYA

0
2004
Salah satu desa tradisional di Pulau Telo, Nias Selatan, yang bisa dijual menjadi tempat pariwisata. —Foto: http://images.jurnalasia.com/
Gua Tögi Ndrawa di Kota Gunungsitoli menjadi salah satu tempat wisata selain Museum Pusaka Nias. —Foto: http://2.bp.blogspot.com/
Gua Tögi Ndrawa di Kota Gunungsitoli menjadi salah satu tempat wisata selain Museum Pusaka Nias. —Foto: http://2.bp.blogspot.com/

Permasalahan

Dengan segala potensi wisata yang kita miliki, mestinya kepulauan Nias sudah layak menjadi salah satu tujuan wisata kalau bukan yang utama, seperti Bali. Namum, setidaknya kita bisa sejajar dengan Lombok di Nusa Tenggara Barat atau Pulau Belitung di Provinsi Bangka Belitung yang baru saja mulai dikenal oleh masyarakat sekitar lima tahun terakhir yang dipicu oleh film Laskar Pelangi.

Seingat saya, pada era tahun 80-an sampai dengan 90-an, kita masih sering melihat kunjungan kapal pesiar yang membawa wisatawan mancanegara ke Pulau Nias, khususnya ke Nias Selatan, dengan obyek utamanya adalah omo sebua di Desa Bawömataluo dan Pantai Sorake di Desa Botohilitanö.

Sekitar 15 tahun yang lalu, Pantai Sorake juga pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan surfing bertaraf internasional. Namun, hal tersebut tidak berlanjut hingga sekarang tanpa diketahui penyebabnya.

Kini kita menyaksikan pariwisata di Pulau Nias berjalan seakan tanpa arah dan target yang jelas. Para pelaku usaha pariwisata bagai anak ayam tanpa induk. Secara umum, kita dapat menyimpulkan bahwa ketertinggalan pengembangan sektor pariwisata di Kepulauan Nias adalah karena kita (masyarakat dan utamanya semua pemerintah daerah) tidak menjadikan pariwisata sebagai primadona dan sokoguru dalam pembangunan ekonomi kita. Akibatnya, kita dapat melihat beberapa permasalahan yang terkait langsung dengan sektor pariwisata.

  1. Tidak Profesional dan Tidak Terintegrasi

Kita harus mengakui bahwa semua potensi wisata yang ada saat ini belum dikelola secara profesional dan tidak terintegrasi satu dengan yang lainnya, misalnya wisatawan yang datang untuk menikmati indahnya Pantai Sorake tidak memiliki akses yang cukup untuk menikmati obyek wisata lainnya, utamanya wisata budaya, seperti lompat batu, tari perang dan sebagainya. Dengan demikian, pilihan yang disajikan menjadi sangat terbatas.

Akibatnya jelas, bahwa lama tinggal atau waktu kunjung wisatawan di Kepulauan Nias menjadi relatif sangat pendek. Hal ini tentu memengaruhi jumlah uang yang dikeluarkan oleh wisatawan selama berkunjung di Kepulauan Nias menjadi lebih sedikit.

Baca juga:  MOU Saber Pungli di Nias Selatan Perlu Ditinjau Ulang

Dari aspek ekonomi, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi para pelaku usaha pariwisata karena manfaat yang mereka terima menjadi tidak maksimal. Begitu juga masyarakat setempat tidak mendapatkan manfaat dari industri pariwisata.

Dalam jangka panjang hal ini akan memengaruhi minat masyarakat berinvestasi di bidang pariwisata karena dinilai tidak menguntungkan secara ekonomi. Yang lebih buruknya lagi adalah ketika para pelaku usaha pariwisata yang ada saat ini mulai beralih ke bidang usaha yang lain karena sektor pariwisata dianggap sudah tidak menjanjikan (tidak prospektif).

  1. Infrastruktur

Menuju ke Pulau Nias hanya dapat ditempuh dengan melalui jalur laut dan jalur udara dari Pulau Sumatera. Dengan pertimbangan efisiensi waktu dan kenyamanan, hampir dapat dipastikan bahwa wisatawan akan lebih memilih jalur udara.

Setibanya di Bandara Binaka Gunungsitoli, wisatawan akan disuguhkan dengan infrastruktur jalan raya yang buruk. Baik itu akses jalan raya dari Gunungsitoli menuju Telukdalam melewati Lahusa (bagi wisatawan yang hendak ke Pantai Sorake dan Bawömataluo), maupun akses jalan raya dari Gunungsitoli menuju Nias Barat (bagi wisatawan yang hendak ke Pulau Asu dan sekitarnya) melalui Mandrehe.

Demikian juga akses jalan raya dari Nias Barat menuju Nias Selatan melalui Lölöwa’u tidak kalah buruknya. Kondisi ini bukanlah masalah baru, tetapi masalah yang sudah berlangsung puluhan tahun dan sampai saat ini tidak terselesaikan.

Karena itu, melalui tulisan terdahulu kami mencoba mengangkat wacana pengintegrasian seluruh wilayah di kepulauan Nias melalui pembangunan Trans-Nias yang didukung dengan subtrans-nya. Karena kami yakin bahwa pembangunan Nias Raya harus dimulai dari pengintegrasian seluruh wilayah secara fisik.

Belum lagi permasalahan kekurangan pasokan listrik dan gangguan jaringan telekomunikasi di Kepulauan Nias yang sudah tentu akan mengurangi kenyamanan wisatawan selama berkunjung di Nias.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.