Tuesday, March 19, 2024
BerandaRubrik Remaja PKPAArtikel Remaja PKPASeks, Seksualitas, dan Mitos Tabu

Seks, Seksualitas, dan Mitos Tabu

RUBRIK REMAJA PKPA

Oleh Keumala Dewi

Suatu hari udin bertanya pada ibunya, “Mak, apa itu seks?” Sang ibu yang terkejut menjawab “darimana kau dengar itu!”. Udin mengatakan “Dari kawan kawanku, Mak, pernah juga kami tengok di handphone kawan kami. Video…,” Sang ibu lalu menjawab “Eh, pantang itu, ya, jangan kau bilang bilang kata- kata itu lagi, berdosa kau. Tahu?!”

Ketika pertama kali mendengar kata seks, apakah yang akan terlintas dalam pikiran Anda? Dua orang yang berciuman? Dua orang yang berpegangan tangan? Atau apakah terbayang adegan seperti film porno? Sering kali karena pemahaman yang sangat minim, kita, sebagai orangtua, membuat semacam pagar mengenai beberapa topik dan memilih untuk tidak membicarakannya dengan anak kita. Namun, apakah dengan memberikan jawaban seperti ibunya Udin, lantas Udin ataupun anak kita akan berhenti mencari tahu apa itu seks? Bukannya malah anak-anak kita akan berusaha mencari tahu dari sumber lain yang belum tentu benar dan dapat dipertanggungjawabkan? Bagaimana jika informasi tersebut disalahartikan? Tentu hal ini akan sangat berdampak negatif pada perkembangan dan pertumbuhan anak-anak kita.

Apa sih seks dan seksualitas ? Kenapa pantang ditanya?

Kata seks berasal dari kata latin, seksus yang berarti jenis kelamin (Suarta, 2007). Sex act merupakan konsepsi seksual yang berkaitan dengan definisi seksualitas sebagai aktivitas persetubuhan. Sementara sex behavior adalah berkaitan dengan psikologi, sosial, budaya, pornografi, dan ketertarikan dengan lawan jenis.

Jika seks adalah perbedaan badani atau biologis antara perempuan dan laki-laki, seksualitas menyangkut dimensi yang sangat luas, yaitu biologis, seksual, perilaku, dan cultural (Masters, Jonhson dan Kolodny (Irawati, 1999)

Dari dimensi biologis, seksualitas menyangkut anatomi dan fungsional alat reproduksi manusia dan dampaknya bagi kehidupan. Dari dimensi psikologis, seksualitas berkaitan dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengan identitas jenis kelamin dan dinamika dari aspek tersebut dalam memengaruhi fungsi seksualitas dalam kehidupan. Sementara dari dimensi sosial, seksualitas berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antarmanusia, bagaimana seseorang dapat berinteraksi dan beradaptasi dengan tuntutan peran dalam lingkungan. Dalam dimensi kultural, seksualitas berkaitan dengan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas itu sendiri.

Dengan berbagai dimensi di atas, dapat kita lihat bahwa memahami sebuah kata seks tentunya tidak terlepas dari seksualitas karena sebagai manusia kita tidak hanya punya keinginan untuk memuaskan kebutuhan biologis, tetapi juga adalah makhluk sosial, yang hidup di tengah sebuah komunitas dan mengemban tanggung jawab social, bukan? Namun, seks, begitu juga seksualitas, masih sangat tabu dibicarakan, dianggap pantang dengan alasan sangat tidak sopan, melanggar aturan adat bahkan agama.

Baca juga:  Teman Positif HIV Jangan Dijauhi

Ketabuan dalam membicarakan seks sangat dipengaruhi oleh adat ketimuran yang malu rasanya membahas topik semacam ini, bahkan suami dan istri juga sangat jarang membahasnya, ditambah lagi dengan minimnya pemahaman orang dewasa mengenai seks dan seksualitas itu sendiri. Namun, di tengah perkembangan zaman dan teknologi yang sangat pesat sekarang ini, semua orang dipaksa untuk ikut dalam proses perkembangan tersebut. Begitu juga dengan anak dan remaja, dengan mudahnya sekarang anak dan remaja memiliki gadget (gawai) yang dapat mengakses berbagai macam informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sementara permasalahan ketabuan tadi masih mengakar, perkembangan teknologi sudah mengambil peran yang sangat besar dalam kehidupan sehari hari.

Nah, dengan sifatnya yang selalu ingin tahu, informasi yang didengar dari teman di sekolah, warnet dan lain lain, akan timbul pertanyaan-pertanyaan,  dan ketika jawaban yang diberikan dari orangtua kepada anak adalah seperti yang diucapkan oleh ibu Udin di atas, si anak akan mencari tahu dari sumber lain, seperti menonton VCD dan menonton Youtube.

Di sinilah pentingnya pendidikan seks kepada anak dan remaja karena pada hakikatnya, pendidikan seks bukanlah mengajarkan anak tentang bagaimana melakukan hubungan seks, seperti yang ditakutkan oleh para orangtua, melainkan lebih jauh dari itu semua, pendidikan seks mengarahkan anak untuk dapat memahami dua faktor, yaitu anatomi tubuh mereka khususnya organ reproduksi, apa fungsinya, sehingga timbul rasa tanggungjawab untuk  merawat dan menjaganya, dan yang kedua adalah menghindarkan anak dari risiko mengalami berbagai macam masalah yang akan mereka alami jika mereka tidak paham dan tidak mendapat pemahaman mengenai topik ini.

PKPA Nias mencatat setidaknya ada 15-20 kasus per tahun mengenai kekerasan seksual dan pencabulan terhadap anak dan remaja perempuan di Nias, biasanya kasus kekerasan seksual dan pencabulan sangat merugikan perempuan, di mana korban biasanya akan dikeluarkan dari sekolah, dipaksa atau terpaksa menikah dan juga hamil di luar nikah. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan memberikan pemahaman yang tepat kepada anak dan remaja mengenai pentingnya menjaga diri mereka dan risiko yang dapat terjadi. Jadi, sekarang mari hilangkan ketabuan itu dan mulai memberikan pengarahan kepada anak kita ke depan.

RELATED ARTICLES

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments