Tuesday, March 19, 2024
BerandaBudayaNias Tempo Dulu74 Tahun Tenggelamnya Kapal Van Imhoff

74 Tahun Tenggelamnya Kapal Van Imhoff

SEJARAH KECIL

Bagi yang pernah mengunjungi Gereja Banua Keriso Protestan Nias (BKPN) Telukdalam, Nias Selatan, mungkin pernah melihat plang (terbuat dari pelat) peringatan seperti gambar di atas. Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, terutama generasi muda, plang itu tanda peringatan apa? Ya, plang itu sebagai peringatan tenggelamnya kapal Van Imhoff, 74 tahun yang lalu.

Kapal van Imhoff adalah sebuah kapal dari maskapai pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM). Kapal ini dibuat dua kali. Kapal pertama tenggelam pada 1911. Lalu kapal kedua yang bernama sama dibuat pada 1914 di Fijnenord. Kapal kedua ini tenggelam pada 19 Januari 1942 di sebelah barat Pulau Sumatera, dekat Pulau Nias, setelah dibom oleh pesawat Jepang. Nama van Imhoff diambil dari nama seorang Gubernur Jenderal Hindia kelahiran Jerman, Gustaaf Willem van Imhoff.

Mengenang Tenggelamnya Kapal Van Imhoff

Rute_Kapal_Van_Imhoff
Rute kapal van Imhoff (Sumber: Baselmission.org)

Setelah invasi Jerman ke Belanda pada Mei 1940, semua warga negara Jerman dan simpatisan Nazi di Hindia Belanda ditangkap oleh pemerintah Kolonial. Termasuk di antaranya para misionaris Basel dan RMG, dokter, perawat rumah sakit, insinyur, seniman, dan orang Yahudi Jerman yang tinggal di Hindia Belanda. Kebanyakan dari mereka ditahan di kamp Fort de Kock dan Lembah Alas, keduanya berada di Pulau Sumatera ((Paul H. von Tucher, German Missions in British India Nationalism: Case & Crisis in Misions. 1980)).

Pada Februari 1942, tentara Jepang mendarat di Air Bangis, Sumatera ((Artikel Wikipedia: Invasion of Sumatra (1942))). Karena Jepang beraliansi dengan Jerman pada perang dunia II, Belanda memutuskan, memindahkan semua tahanan ke koloni Inggris di India agar Jepang tidak membebaskan mereka kelak. Ada tiga kapal KPM yang ditugaskan untuk misi ini, yaitu kapal Plancius, Ophir, dan van Imhoff.

Pada 15 Januari 1942, Kapten kapal van Imhoff, M.J Hoeksema menerima perintah dari Padang untuk berangkat dari Sibolga menuju India. Pada 18 Januari 1942 Kapal van Imhoff pun berangkat membawa 478 internir Jerman dan 110 orang Belanda, 62 di antaranya adalah tentara KNIL ((Franz J. Scheidl, “Das Unrecht an Deutschland”, 1968.)).

Pada 19 Januari 1942, saat memasuki perairan dekat Nias, Kapal van Imhoff dibom oleh pesawat Jepang. Dua Bom pertama meledak di dekat kapal, tetapi bom ketiga tepat mengenai Kapal van Imhoff.

Kapal Van Imhoff saat bersandar di Pelabuhan Makasar —Foto: (Sumber : http://javapost.files.wordpress.com)
Kapal Van Imhoff saat bersandar di Pelabuhan Makasar —Foto: (Sumber : http://javapost.files.wordpress.com)

Kapten Hoeksema panik dan memerintahkan melepas semua sekoci penyelamat ke laut. Namun, ada satu sekoci tidak dapat diturunkan dan akhirnya dibiarkan begitu saja. Salah seorang penjaga meminta kepada kapten Hoeksema agar para tawanan juga diikutkan pada sekoci, tetapi Kapten Hoeksema menolak karena tidak ada perintah untuk melepaskan para tahanan. Dia juga menganggap bahwa seluruh tawanan adalah musuh.

Semua awak kapal van Imhoff berhasil menyelamatkan diri dengan sekoci, tetapi sebagian besar tawanan Jerman tewas bersama dengan tenggelamnya kapal ini. Hanya 65 orang dari mereka yang berhasil mencapai Pulau Nias beberapa hari kemudian.

Baca juga:  Nias di tahun 1932 - Clip #: AD-130-3

Setelah beberapa bulan, peristiwa ini sampai ke Jerman. Hal ini membuat otoritas Jerman menangkap para pegawai KPM di Belanda dan kemudian dikirim untuk kerja paksa. KPM juga dipaksa membayar 4 juta gulden sebagai kompensasi bagi keluarga korban yang tenggelam di kapal van Imhoff.

Dari tulisan Soebagijo I.N. yang dimuat dalam majalah Kartika, 25 Juli 1984,  ((Majalah Kartika (25/7/1984),)) disebutkan bahwa sebagian para penyintas (survivor) berhasil mencapai Pulau Simuk (Pulau-pulau Batu, Nias Selatan, kini) pada 20 Januari 1942.

Terdampar di Nias

Para_tawanan_van_Imhoff_yang_selamat_di_Nias
Para tawanan van Imhoff yang selamat di Nias. (Photo Der Spiegel, No. 5, 1965, pp. 42, 44)

Ke-65 tawanan Jerman yang berhasil menyelamatkan diri dari kapal van Imhoff terkatung-katung di tengah laut dengan sebuah rakit kecil. Albert Vehring, salah seorang tawanan yang selamat, menceritakan, pada 20 Januari 1942, lewatlah sebuah kapal Belanda bernama Boelongan mendekati rakit mereka. Dari jarak 100 meter, kapal ini bertanya apakah mereka orang Belanda. Saat dijawab, ‘bukan’, kapal ini kemudian pergi dan tidak kembali ((K.W Schütz, “Verbrechen am deutschen Volk Eine Dokumentation alliierter Grausamkeiten”, 1964))

Pada 23 Januari 1942, kondisi para tawanan yang selamat ini semakin payah. Dalam keadaan kelaparan dan kehausan akhirnya mereka terdampar di Pantai Nias Selatan, tepatnya di dekat Muara Eho.

Di sana mereka bertemu beberapa penduduk lokal yang bersahabat dan seorang pastur Belanda bernama Ildefons van Straalen ((Basler Mission, “Der untergang der van Imhoff”, 2012.)) yang kemudian menolong mereka dengan memberikan makanan dan minuman.

Para tawanan yang selamat ini kemudian dibawa ke Hilisimaetanö untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Keesokan harinya, seluruh tawanan Jerman ini dibawa ke Gunungsitoli dan kemudian ditahan oleh tentara Belanda.

8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati. Para pejabat Belanda di Nias bingung, apa yang harus mereka perbuat, termasuk terhadap tawanan Jerman-nya ((Rosihan Anwar, Sejarah Kecil: La Petite Histoire, Jakarta, Kompas, 2004)). Dalam kebingungan orang-orang Belanda ini, para tawanan Jerman ini mengambil kesempatan dan bersekongkol dengan para polisi pribumi yang ditugaskan menjaga mereka untuk melakukan kudeta terhadap Belanda. Kini keadaan berbalik, orang-orang Belanda justru ditahan dan para tahanan Jerman bersama-sama dengan para polisi pribumi memproklamirkan Free Republic of Nias ((Horst H Geerken, “A Magic Gecko, Penerbit Buku Kompas“, 2011.))

Plang Peringatan di Nias

Plak_Van_Imhoff_di_Gereja_BKPN_-_18_September_2013Guna mengenang peristiwa tenggelamnya kapal van Imhoff, dibuatlah plang peringatan di kota Telukdalam pada 2007. Berbarengan pula dengan rekonstruksi yang dilakukan orang-orang Jerman di Nias waktu gempa bumi Nias 2005. Salah satu plang yang berada di Gereja BKPN Telukdalam bertuliskan:

407 orang Jerman tewas akibat kapal Belanda van Imhoff tenggelam dekat Hinako. 66 orang menyelamatkan dirinya dengan sekoci yang rusak. Ketika mereka mendarat di pantai Nias Selatan (Muara Eho) arah barat dari Telukdalam, seorang pemberita injil (sinenge) menyambut mereka dengan berkata: “Kami adalah orang pengikut Yesus dari Zending Barmen”. Misionaris Weiler menjawab, kalau begitu kita bersaudara.

Doni Kristian Dachi
Doni Kristian Dachihttp://ononiha.org
Menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya dan sejarah Nias. Suka mendengarkan Hoho sambil menikmati secangkir kopi.
RELATED ARTICLES

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments